January 3, 2015

Dan kucing garong itu bernama Bawang

Wang, saya nggak tahu namamu. Yang saya tahu, kamu adalah kucing jantan dari gang sebelah, gang bawang namanya. Jadi, kamu saya panggil mpus bawang saja ya? He he he....

Kata satpam, kamu kabur dari rumah. Kamu sekarang lebih senang bermain di komplek kami. Mungkin banyak cewek-cewek kece ya disini.
Berkali-kali pemilikmu datang menjemput, berkali-kali pula kamu kabur dan kembali kesini.

Berbulan-bulan, Wang. Saya mati penasaran. ketika ibu-ibu sedang arisan atau ketika saya lewat pos satpam. Semua menyebar rumor tentang seekor kucing berbulu gondrong, warnanya tabby hitam kecoklatan, yang mondar mandir di blok sebelah.

Lalu saya melihatmu lewat di depan rumah.  Aaah... Wawang, saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Kamu ganteng sekali. *yah.. Nomor sekian lah setelah my hubby n mpus khow-khow ...hihi* tapi momen itu rusak ketika kamu lari terbirit-birit karena dikejar mpus Koko dan mpus kunyit. Huhuhu... Rupanya kamu lewat di daerah kekuasaan mereka. Ah... Patah hati deh.

Berbulan-bulan pula, saya berusaha memancingmu dengan makanan. Semoga kamu lewat dan mau makan pemberian saya. Kadang saya tinggalkan satu mangkuk di luar. Itu untuk kamu, Wang.

Sampai akhirnya, kamu datang dan ikut makan di rumah bersama mpus-mpus yang lain. Kamu malah sudah bisa keluar masuk pintu mpus, tanpa ada yang mengajarimu.

Lama juga ya pedekate saya padamu Wang. Masih berbulan-bulan pula ritual ini kita jalani. Pagi-pagi kamu datang, lalu ikut sarapan. Setelah itu kamu pergi. Begitu setiap hari.

Kamu rakus sekali, Wang. Mungkin karena selama ini makanmu tak teratur seperti dulu. Padahal mangkukmu, sudah saya isi penuh-penuh. Sudah ditambah berulang kali. Tapi perutmu tak pernah kenyang. Kamu malah berusaha merebut mangkuk milik kunyit atau jack.

kalau saya marahi, kamu langsung berguling dan terlentang dan memandang saya penuh harap. Kamu ingin perutmu saya kitik-kitik saat itu juga.

Bagaimana bisa? Kalau lagi diomelin malah bertingkah seperti itu?

Oh ..wawaaang...

Lalu dua minggu yang lalu. Ketika saya baru tiba dari luar kota. Suami saya melapor kalau si Bawang, sudah seminggu ini tinggal di rumah. Anehnya, dia tak mau main lagi ke luar rumah. Ah, mungkin dia lelah.

Akhirnya ya Wang. Kamu memutuskan untuk menjadi kucing rumahan lagi. Apa kamu capek menjadi kucing garong, Wang?

Lalu Wawang segera masuk dan berbaur dengan irama di rumah ini. Ia seperti kucing yang sudah lama tinggal di rumah ini. Punya pojokan tersendiri untuk tidur,  Ikut menyambut kedatangan saya ketika saya tiba di rumah, nongkrong di sebelah ketika duduk di depan komputer, datang menemani ketika saya mencuci baju a tau masak di dapur.

Tapi badanmu kok kurus sekali, Wang. Dan nafsu makanmu, tak seheboh dulu. Kamu masih makan sih. Tapi sedikit. Tidak ada lagi nih drama mengakuisisi mangkuk tetangga :p Susu yang saya buatkan masih kamu minum. Obat penambah nafsu makan, juga masih kamu minum. Target saya waktu itu adalah menggemukkan badanmu dalam tempo yang sesingkat-singkatnya...hahaha..

Dan dua hari lalu, ketika kami pamit dan pergi keluar kota. Kamu masih baik-baik saja, Wang. Bang Dahlan yang bertugas memberi makan, melapor kalau kamu juga turut makan bersama mpus-mpus yang lain.

Tapi Tuhan sudah punya rencana sendiri, ya Wang. Malam itu, kami pulang sebentar ke rumah. Sebenarnya hanya untuk repack barang Dan berangkat lagi keesokan harinya.

Kamu sengaja menunggu kami. Badanmu sudah terbujur kaku di kamar depan. Nafasmu masih ada. Perlahan dan lemah sekali. Tapi matamu masih berkedip ketika saya memanggil namamu.

Obat dan air minum yang saya suapkan ke mulutmu. Tak satupun yang dapat kau telan. Saya hanya bisa memelukmu Dan mengelus perlahan kepalamu.

Malam itu, ketika tahun berganti, ketika petasan dan kembang api dinyalakan dan ketika terompet ramai ditiupkan. Di kamar depan rasanya sunyi sekali. Hanya terdengar isak tangis saya perlahan dan desir nafasmu yang makin lemah.

Nggak apa-apa, Wang, lalau kamu mau pergi. Pergilah. Hati-hati di jalan ya, jangan nakal ya Waaaang....nggak usah mikirin saya. Makasih ya kamu mau menunggu saya datang. Jangan takut, kamu akan saya temani terus.

Makasih juga kamu mau tinggal di rumah ini. Walau hanya sebentar. Makasih jug a saya diberi kesempatan untuk mengenal kucing garong seperti kamu. Nanti jangan lupa tunggu saya disana ya.. Ah.. Kamu sih pasti langsung masuk surga, sementara saya masih harus berjuang agar bisa masuk surga. Huhuhu...

Dan Bawang mengedipkan mata, walau pelan sekali.

Subuh itu, Bawang pergi.

(Pelabuhan Ratu, 3 Januari 2015; 09:29 pagi @ penginapan, duduk di teras Dan menghadap debur ombak laut selatan yang besar itu. Selamat jalan, Wang. Doaku menyertaimu. )