November 11, 2014

Kalau malih protes

Kemarin malam, kami membawa Malih pergi ke dokter. Dokter hewan yang ada di kampung sebelah.

Akhir-akhir ini Malih makannya sedikit sekali. Dan di leher sebelah kiri, ada benjolan, besaaar sekali. Aduh, saya ngeri. Sering saya lihat di petshop, ada kucing yang sedang diinfus atau opname pasca operasi. Kena kanker katanya.

Suami saya juga begitu. Sama khawatirnya. Dia sih lebih ekstrim lagi. Malah bilang nggak usah dibawa ke dokter deh. Saya rasa, dia juga takut akan menerima kabar buruk lagi. Sama seperti mpus Tiri atau mpus Juki dulu.

Maka, betapa leganya kami berdua ketika dokter bilang si Malih cuma kena bisul. Wkwkwkwk... ! Syukurlaaaah....!

Asalnya sih mau dioperasi kecil. Biar bisulnya kempes. Tapi diperiksa dulu deh, kalau bisulnya sudah matang, bolehlah dilakukan operasi. Lalu bu dokter mengeluarkan jarum suntiknya. Dia mau menyedot sedikit isi benjolan di leher Malih.

Malih ketakutan. Ya Iyalah.. Saya sebagai manusia juga takut sama jarum suntik. Apalagi Malih gitu lho. Apalagi, dia juga bukan termasuk kucing yang gaol seperti Koko atau Jack. Bertemu orang asing adalah hal terberat dalam hidupnya. *hadeh*

Ternyata bisulnya belum matang. Jadi Malih akan diberikan obat saja dan mari kita tunggu bersama hingga bisulnya benar-benar matang. Biasanya benjolannya yang keras itu akan melunak dan pecah dengan sendirinya. Nanti, pe er saya adalah, membantu Malih mengosongkan isi bisulnya itu. Agak horor juga sih. Tapi demi Malih...

Tapi sebelum pulang , Malih akan disuntik vitamin dan antibiotik yaa.... Kata dokter pada Malih. Hah? Di suntik lagiiii?

Malih langsung membuang muka.

Tapi the show muat go on right? Maka tak cukup hanya saya dan suami yang memegang Malih. Dia berontak dengan sekuat-kuatnya. Menjerit dengan sekencang-kencangnya. Dan dokterpun menyuntik Malih secepat kilat yang ia bisa.

Kemudian Malih protes. Setelah di suntik, ia ngumpet masuk ke dalam lemari obatnya dokter dan nggak mau keluar lagi.  Haduuuuuh Maliiiiih...

Nah, pagi tadi, ketika semua kucing sudah selesai sarapan dan beraktifitas sesuai minat dan kreasi masing-masing. Hanya Malih seorang yang tak pulang.

Hmm.. Ini aneh. Nggak biasanya Malih begitu. Maka, setelah urusan rumah selesai, saya pergi ke semak-semak favorit Malih yang ada di pinggir kali. Tuh kaaan...! Malih ada di sana. Lagi ngumpet dan nggak mau keluar walau saya panggil dengan nada mendayu-dayu.

Malih protes dan nggak mau makan obat. Hadeeeh... Malih..Malih.

(BTR 11 November 2014, 10.35 pagi, mendung lhooo.. Enak banget nih narik selimut lagi. Hanya ada Kunyit n Macan yang tidur di kolong meja)

PS :
Akhirnya saya yang mengalah. Saya antar mangkuk makanannya dan saya letakkan di semak-semak dekat persembunyiannya. Tak lama kemudian dia pulang untuk makan dan tidur di kursi tamu. Saya hanya mengawasi dari kejauhan, Begitu saya telpon dan lapor suami, dia bilang , jangan di kasih obat dulu deh, nanti Malih kabur lagi. Iya, deh..setuju.

November 2, 2014

Membelah kepala ayam itu pedih, jenderal!!!

"Sejujurnya nih, Nyit. Agak horor juga membelah kepala ayam untuk kamu."

Iya, kepala ayam mentah, utuh lengkap dengan leher dan lapisann lemaknya. 

"Eeeeng"

Kunyit sih hanya menjawab dengan meong pendek *tuh, buktinya hanya bilang eeeeng :p* Namun kedua bola matanya, hanya tertuju pada kepala ayam itu seorang eh seekor.

"Dan sejujurnya ya Yam" ini kata saya pada alm. Ayam yang ada di tangan *saya sudah gila rupanya hahaha* " maafkan saya ya, karena terpaksa melakukan hal seperti ini"

Lalu ritual yang sama akan kami lakukan berdua *saya dan kunyit tentunya* ini adalah cemilannya. Jadi, setelah sarapan pagi dan semua kucing di rumah ini nongkrong berjemur dan mandi kucing dan hanya menyisakan kami berdua di dapur.

Saya dengan kepala ayam. Dan kunyit dengan .... berlari-lari kecil mengikuti saya. Lalu dengan beralas papan, dan bantuan pisau dan palu, kepala ayam itu saya belah dua. Lehernya saya potong empat atau lima bagian. Dan sedetik kemudian, kunyit sudah mengunyah dengan nikmatnya.

Ah.. Tapi demi kunyit seorang, saya rela kok, seminggu sekali ke pasar buat beli persediaan kepala ayam. Tinggal masuk freezer dan keluarlah kepalanya satu persatu setiap pagi.

Nah, ngomongin soal raw food, ini akan panjang sekali ceritanya. Sama hanya dengan kegemaran Malih akan udang dan  ikan kembung mentah, Koko dengan hati ayam mentah *dan kadang kadang ayam goreng siap saji* dan saya percaya, makanan alami, beli di pasar dan bebas dari bahan pengawet, itu lebih baik buat mereka.

Kalo ada yang penasaran, mendingan beli bukunya aja deh. Tanya presiden dung-dung ya. Tuh.. Isi bukunya lengkap banget.

November 2, 2014 13:05; citayem. Stuck di parkiran mesjid. Mobil nggak bisaa keluat, krn nunggu rombongan tamu manten yang parkir nutupin jalan. Hadweeeehhhh... *nangis guling-guling, meluk tiang mesjid sambil garuk-garuk aspal.

Gimana ? Sudah lengkap kan? Huhuhu......

November 1, 2014

Si penguasa tempat tidur

Seberapa sering makhluk berbulu itu tidur bergelung bersama kalian? Saya sering sekali. Tiap hari malah.  Saya nggak ingat lagi sejak kapan kebiasaan ini timbul. Mungkin sudah lama.  Walau, yeah, ada juga sih saat-saat  di mana saya harus berpisah dengan mereka. Waktu asma saya kumat dan ketika saya pergi ke luar kota. * ya Iya laaah ya :p*

Dari semua meong yang ada di rumah, mpus Koko-lah anggota tetapnya. Yang tepat pukul sembilan malam akan datang dan meong-meong minta dibukakan pintu kamar, lalu mengambil posisi di sisi kiri kasur *itu tempat dimana saya biasa tidur*

Walau sudah dilarang suami, kadang-kadang saya bandel juga. Hahaha.. Maaf ya suamiku tercintah, Gimana ya, kalau nggak ada mereka, rasanya ada yang kurang gitu lho. Kalau ada yang tanya kenapa,  saya akan bilang kalau rasanya menyenangkan sekali, ketika akan tidur, kau tahu ada sesuatu yang berbulu dan hangat sedang medengkur di dekatmu.

Posisi tidur Koko sekarang ada diantara kedua lutut saya. Kalau isengnya kumat, dengan semena-mena ia akan nyelip dan tidur tepat di tengah-tengah diantara kami berdua. Kecuali kalau dia sedang sakit atau lagi manja, biasanya dia tidur melingkar di lengan kiri atau kanan saya. Ya jangan ditanya apa rasanya, yang jelas begitu bangun pagi, separuh lengan saya pegel seperti habis mengangkat barbel semalaman. ..he he he...

Bagaimana dengan yang lain? Sekarang ada mpus jack yang memutuskan untuk tidur bersama kami. Kalau sedetik saja pintu kamar terbuka, maka sepersekian detik pula ia akan melejit dan masuk ke kamar.  Tak peduli, apakah tadi dia sedang mandi kucing atau kebetulan sedang iseng lewat. Kalau sudah begini, Suami saya yang biasanya ngomel-ngomel. Menurut dia, sudah cukup dispensasi satu ekor kucing saja yang akan tidur bersama kami.

Tapi begitu melihat jack yang tertidur pulas di ujung bantal, hatinya luluh seketika.  Kalau Malih lain lagi, kadang, ditengah keributan kami berargumentasi mengenai siapa saja yang boleh tidur di kamar, diam-diam ia menyelinap dan langsung mengambil posisi di kaki kasur. Mandi kucing dan siap-siap tidur. Kalau sudah begitu, suami saya hanya menghela napas panjang dan menegur Malih dan bilang :

" Maliiiiih, kok nggak pake  assalamualaikum dulu"

Bagaimana dengan Macan? Ah.. Selain Kunyit, ABG satu itu nampaknya lebih suka begadang kalau malam. Hanya sesekali saja kalau dia merasa bosan nongkrong di atap dan ingin masuk kamar. Yang paling menyebalkan itu ketika Macan memutuskan untuk masuk diatas jam 2 subuh. Berisik banget gitu lho. Meong panjang ala kucing garong, dimulai dari tangga monyetnya, masuk pintu kucing di dapur dan berjalan hingga menggaruk pintu kamar. Mau nggak mau kan saya jadi bangun dan membuka pintu untuknya.

Tapi dari semua itu, hanya Koko dan *kadang-kadang Kunyit* yang tahan tidur hingga pagi hari. Malah, sering saya lebih dulu bangun dan beraktifitas. Huh dasar pemalas! Yang saya suka dari mereka berdua adalah kalau tidur benar-benar pulas...laaaaas... Jadi saya tak perlu memutus mimpi indah saya hanya untuk membuka pintu bagi meong-meong yang ketika pagi buta bangun dan ingin keluar kamar.

Oh ya, ada satu lagi nih momen bahagia untuk saya, yaitu sekali dua kali ketika suami saya pulang larut malam, lalu saya biarkan pintu kamar terbuka lebaaaaaar.... Maka semua meong akan datang dengan sendirinya.

Iyaaa... Masuk dan datang bersama nyamuk tentunya. Huhuhuhu.... *tears*

*sabtu, 1 November 2014; 11.56 ... Ketika Malih sedang mandi kuciang

October 4, 2014

Kalau saya rindu dengan macan

Kalau saya rindu dengan Macan, apa yang biasanya saya lakukan? Well, saya tinggal meong meong .. Eh.. Berseru-seru memanggil namanya sambil memandang atap rumah. Lho? Kok bisa? Tentu saja bisa. Karena tak lama kemudian, sang Dewa Macan akan turun dari peraduannya. Lalu mengeong manja karena ngantuk dan ingin di gendong.

Bulan ini umur Macan (kira-kira) sudah tepat setahun. Sudah ABG, sudah mulai dewasa. Suaranya membesar dan meong-meongnya sudah mulai mirip kucing garong. Sering ngelayap dan pulang hanya untuk makan lalu tidur ngorok di lantai. Berkali-kali pula kalungnya hilang entah kemana. Kakinya dekil karena debu.

Masih ingat tangga monyet untuk Macan kan? Kini kerjanya bolak-balik naik turun tangga monyetnya. Berjam-jam berkelana di atas atap.  Sepanjang hari.

Entah apa yang ada dipikirannya. Andai saja saya tahu. Pernah sekali saya lihat, pagi itu setelah sarapan, Macan nongkrong di atas atap garasi. Ya cuma duduk manis begitu deh sambil sesekali kepalanya menoleh kesana kemari memperhatikan siapa saja yang lewat. Mulai dari mobil jemputan Anak sekolah, tukang sampah, adek bayi yang lagi di dorong mbak-nya, hingga kucing blok sebelah yang kebetulan melintas depan rumah.

Oh, Macan sudah besar ya. Ah, kadang saya merindukan Macan kecil yang dulu selalu gigih mengejar sapu yang saya pegang,  merobek-robek tissue, menggigit tangan saya dengan gemas, dan sibuk berlari kesana kemari tanpa ada tujuan yang jelas.

Maka, Itulah sebabnya, jika saya rindu dengan Macan, yang saya lakukan sekarang adalah .... memandang atap rumah sambil berseru :

"A Chaaaaan...! A.... Chaaaaaaaan...!"

Hihi... Co cuwiiit sekali toh?

(BTR, 05-10-2014 ; 00:03 yang diomongin baru saja dateng, *dari mana lagi kalo bukan dari atap* makan cemilannya sebentar, lalu tidur di lantai di samping kasur saya. Dan... Haiii.. Selamat Idul Adha ya.. Selamat hari ABRI juga...)

August 15, 2014

super hero KOKO

Dari semua sesembahan yang dibawa kucing kucing ke rumah kami, hanya tikuslah satu-satunya hewan yang mampu membuat saya lari dan ngumpet sejauh-jauhnya. Aduh..Gimana ya, geli bercampur jijik gitu lho. *padahal kan nggak boleh gitu ya, semua makhluk kan sama dimata tuhan...sigh*

Dulu mpus Joni yang rajin nyetor tikus tiap dua hari sekali. Tapi kalau sekarang sih, si kunyit yang hobi mengajak teman miki-nya itu ke rumah. Biasanya, setelah puas diajak bermain di halaman depan, tikus yang sudah setengah pingsan itu dibawanya ke dalam rumah sebagai persembahan dan tanda cintanya untuk saya. Aaaarrrrghhh..kunyiiiit!

Lalu, dengan tidak bertanggung jawab, dead body itu ditinggalkannya begitu saja. Hadeeeeeh...!

Nah, kalau Macan sih lain lagi. Mungkin karena masih ABG, hasil buruannya masih seputar hewan yang kecil, mungil, lucu dan menggemaskan *versi mpus Macan tentunya :p* 

Kadang-kadang, ia pulang membawa kupu-kupu, kodok, belalang dan kadal. Iyaaa.. Kadal. Dikejar kesana kemari, dibawa ke pojok kamar, lalu diajaknya bermain petak umpet. Lalu setelah bosan ditinggalkan begitu saja. Aduh, Gimana nggak serem.  Saya kan nggak mau ketika saya sedang tidur, tiba tiba ada kodok atau kadal yang permisi numpang lewat.

Maka, untuk kasus khusus seperti ini, sesegera mungkin saya lakukan operasi SAR. Search and rescue dong. Untuk kupu-kupu, biasanya saya pasrahkan saja pada yang diatas. Biasanya kondisinya sudah tak bisa diselamatkan, sayapnya rusak parah. Sedangkan belalang, biasanya saya tangkap dan saya lepaskan kembali ke halaman depan.

Nah, untuk kodok dan kadal, saya punya trik khusus nih. Saya ambil sapu dan pengki, lalu dengan tekhnik tertentu *cieeeee..*  saya tangkap *seperti gerakan menyapu lantai sehingga mereka terperangkap di dalam pengki*  dan buru-buru saya lepaskan juga ke halaman depan.

Tapi yang membuat saya kagum adalah kemampuan Koko untuk menangkap burung gereja. Nggak cuma sekali dua kali dia datang membawa mahluk malang itu. Coba bayangkan, bagaimana  bisa Koko menangkap burung  dengan kincring-kincring kalungnya yang berisik itu? Saya rasa, ilmu tingkat tingginya itu didapat dari kesabaran dan ketekunannya berlatih selama bertahun-tahun.

Lalu Apakah setelah itu hidup saya tenang dan tentram saudara-saudara? Aaah... Tidak juga.

Ternyata yang bikin horor itu bukan tikus lagi.... Tetapi ULAR.

Iya, ular! Tahu nggak, sejak kami tinggal di kampung ini, sudah beberapa kali kami mendapat laporan dari tetangga di kanan kiri. Kalau si Koko sering berantem dengan ular. Yah, mungkin itu hanya ular sawah atau ular kali yang tak berbisa. Tapi tetap saja hati saya menciut setiap kali mendengarnya.

Setiap ada rapat RT, ada saja yang melapor kepada suami saya. Bapak-bapak di sini merasa bahagia karena ada Koko, si pembasmi ular. Kini mereka bisa tidur dengan tenang karena anak-anaknya sekarang bisa bermain lagi di depan kali.

Huhuhu...

Saya sih belum pernah melihatnya langsung ya. Tapi, please Koko... Jangan nangkep ular lagi ya...hiks..hiks..

*BTR 15 agustus 2014; 09.40 wib.. Ketika suasananya terasa aman dan damai, doh.. Me time banget nih* oiya, ilustrasi gambar yang super keren ini diciptakan Thre tampilang khusus untuk khow-khow...Maacih ya Yuuuun.. Hug n kiss2 :D


August 5, 2014

Tangga monyet untuk macan

Sejak Macan punya kebiasaan yang satu itu, hidup saya bagaikan di neraka.  Entah darimana ia dapat keahlian barunya. Yang saya tahu, tiba tiba ia sudah nongkrong diatas atap. Kalau sudah nongkrong, yaolooo..bisa berjam-jam. Gedebak-gedebuk kesana kemari, mengawasi kucing kucing komplek yang kebetulan sedang lewat atau malah molor di deket parabol aora kami.

Kalau hanya itu sih, saya tak pernah ambil pusing. Tapi yang paling menyebalkan adalah setelah naik, macan nggak bisa turun lagi. Kalau dia sudah menyatakan selesai main diatas atap dan ingin turun saat itu juga. Maka ia akan melolong, meong meong, menjerit-jerit bagai kucing yang ekornya kejepit pintu sambil dijewer kupingnya lalu dikurung di kamar dan nggak di kasih makan selama seminggu.

Duh.. Saya kan malu sama tetangga. Bisa-bisa mereka pikir, telah terjadi pelanggaran HAK (hak asasi kucing) di rumah ini.

Maka buru-buru saya keluarkan tangga lalu naik dan membantunya turun. Tapi yang bikin saya keki, ketika dijemput, doi malah berkelit dan ngumpet atau menjulurkan kedua kaki depannya *Apalagi kalau bukan untuk* mengajak saya main. Huhuhu.. *nangis sambil garuk-garuk aspal* apa kamu pikir saya adalah mahluk yang paling nggak punya kerjaan sedunia, mpuuuus ? :-((

Dan itu tak hanya sekali dua kali. Dalam setiap satu kali sesi naik ke atas genteng, bisa lima atau enam kali saya harus bolak-balik mengulang ritual yang sama. Hingga akhirnya Macan ngantuk, lelah dan lapar dan kali ini ia benar-benar memutuskan untuk turun. * you see? He decide it by himself, not mine*

Nah, seminggu sebelum lebaran lalu, akhirnya kami putuskan untuk membuat tangga monyet untuk Macan. Iya dong. Kami ingin mudik dengan tenang. Mana bisa kami meninggalkan rumah, kalau kelakuan Macan masih seperti ini. 

 Jadi, hari itu, saya dan suami berbelanja papan, paku beton dan siku besi di toko bahan bangunan. Sketsa kasarnya sudah saya buat. Kami akan membuat papan pijakan sekaligus tempat nongkrong buat mpus-mpus di rumah. Mumpung masih ada waktu, membuat tangga dan mengajari Macan turun sendiri.

Maka, ini lah dia, tangga monyet special untuk Macan. Hanya dua kali latihan simulasi naik ke atas atap, selanjutnya Macan sudah bisa turun sendiri. Aaah.. Senangnyaaaa...! 

*BTR 05-08-2014 ; 10:10 wib, ketika 1,5 jam nongkrong di tempat cuci mobil. Nungguin si Juki mandi salju, setelah mudik seminggu*



July 2, 2014

I stand on the paws side

Setelah berminggu-minggu menyaksikan, mengamati dan mengomentari *walau hanya di dalam hati* saling serang dan black campaign dimana-mana, kini saya bisa bernapas dengan lega karena tepat minggu depan adalah waktunya saya mampir ke TPS 51 *ini TPS komplek saya, yaaah.. mirip-mirip area 51 lah ..haha* 

Saya harap sih nggak seperti pemilu 5 tahun lalu. Waktu kami masih tinggal di kampung BSD dan TPS-nya tepat ada di depan rumah kami. Nah, tahukah kalian apa yang terjadi ketika giliran saya dan suami saya nyoblos di bilik suara? Semua kucing kami turut serta dan dengan kepo-nya tengak tengok di dalam booth tempat kami mencoblos surat suara. *nangis sesegukan*

June 18, 2014

Jika koko sariawan part 1

Awalnya saya tak tahu kenapa Koko malas sekali jika disuruh makan. Padahal biasanya Koko lah yang selalu merengek minta makan. Koko itu tepat waktu lho. Sejauh-jauhnya ia pergi main, Koko adalah kucing pertama yang meong-meong mengingatkan saya akan jam makannya.

Namun Koko pula lah yang paling akhir meninggalkan arena. Saya sih menyebutnya plate walking. Setelah isi mangkuknya kosong, ia akan pindah dari satu mangkuk ke mangkuk kucing yang lain. Sementara yang lain sudah pada mandi kucing *salah satu ritual setelah makan* Koko sih dengan tenangnya melahap sisa makanan saudara-saudaranya. 


Dan tugas saya selesai sudah.  Saya tinggal mencuci mangkuk mereka dan mengumpulkan sisa makanannya dalam satu wadah. Siapa tahu, nanti masih ada yang mau ngemil.

Tapi sekarang, hadeeeh.. Setiap jam makan adalah horor bagi saya. Koko masih miau-miau minta makan. Tapi begitu disodorkan mangkuknya, ia cuma melengos dan pergi. Masalahnya, kejadian ini bisa berpuluh kali dalam sehari. Saya lelah luar biasa.

Lalu aksinya bertambah lagi. Kali ini dia dengan gagahnya membuka pintu kulkas. Dia tahu, persediaan ikan cue-nya memang disimpan di dalam freezer kulkas. Maka, saya ambil sepotong ikan yang masih segar dan saya persembahkan pada Koko.

Apa yang terjadi? Sama saja. Koko hanya melirik tapi tak mau makan. Lalu kaburrrrrr lewat pintu kucing. Haiyaaaaaah...!

Gara gara kejadian ini, rusak semua stok managemen ikan cue saya. Setiap kali Koko ogah makan, maka jatah ikannya langsung dihabiskan si gembul mpus Jack atau mpus Rong Rong  *si kucing garong, masih ingat?* yang kebetulan mampir. Saya kira Koko lagi nggak mood makan. Sama seperti kucing kucing lainnya. Mungkin perlu variasi. Koko gitu lho, yang seumur hidupnya hanya doyan nasi plus ikan cue. Saya harus berpikir keras nih.

Akhirnya, semua saya coba. Saya bela-belain ke pasar demi mencari alternatif baru. Dan ini hasilnya :

(1) ikan cue tongkol nan segar,  baru turun dari kapal nelayan dan di asap dengan kematangan yang sempurna. Hasilnya : nihil. Koko Ogah makan dan ikannya di makan jack.

(2) kepala ayam mentah, masih fresh karena ayamnya baru disembelih beberapa jam yang lalu. Hasil : dilepeh Koko. Dan ayamnya dikunyah Kunyit dengan nikmatnya.

(3) daging sapi mentah yang harganya mahal bingits itu *mewek* hanya sanggup saya beli seperempat kilo saja dan itupun sebenarnya untuk Lauk makan kami. Saya cuil sedikit, saya cincang halus. Hasil : nol besar. Dagingnya nggak ada yang doyan.

(4) ayam goreng Nikita yang di jual di depan komplek *note : ayam goreng siap saji, mirip-mirip KFC Laah, sengaja saya beli dua potong, satu untuk Koko dan satu untuk suami saya. *Hahaha.. Doi kan penggemar ayam goreng juga*. Hasil : lumayanlah.. Di makan sedikit, itupun hanya daging dada yang empuk dan hangat itu.

Tapi tetap saja sama. Ritme Koko makan tidak teratur. Kadang ia sarapan, tapi tak mau makan malam. Lalu, sehari makan, esoknya ogah makan. Begitu terus. Mungkin Koko sedang puasa nabi Daud ya? :p

Hingga puncaknya, dua hari Koko sama sekali tak makan. Dia memang hadir pada saat makan. Ikut nongkrong di dapur, berusaha keras untuk makan. Tapi tak bisa. Hidungnya mengendus-endus ikan dengan sepenuh jiwa. Tapi mulutnya tak mampu mengunyah. Koko lapar, tapi tak bisa makan.

Ah, Koko.  Ayo, kita ke dokter. Rasanya saya pernah lihat ada plang dokter hewan di kampung sebelah. Yuk, kita coba kesana. Walau sebenarnya saya trauma kalau pergi ke dokter hewan. *baca selengkapnya di kisah : I'm back and totally moved on* tapi demi kamu, Khow-know..... Ayo kita kesana.

Bersambung

*BTR 18-06-2014 ; 09.12 wib ketika mpus Malih lagi mandi kucing di sebelah saya*

Andai saya jadi dokter hewan

Suatu ketika saya pernah bilang, kalau saja setelah SMA dulu saya pilih jurusan kedokteran hewan, mungkin jalan hidup saya berbeda saat ini.

Waktu kecil saya pernah baca buku, Martha si gadis angsa.  Saya ingat, bukunya saya baca berulang-ulang. Nah, si cewek ini gemar menggambar dan cintaaaaaa banget dengan hewan. Cita-citanya, tinggal di afrika dan hidup disana bersama gajah dan jerapah. Tapi ibunya nggak suka. Ibunya ingin agar ia menjadi disainer dan tinggal di kota besar. Saya nggak seekstrim si Martha sih  walau jujur saya juga pengen tinggal di afrika bersama ........ Maaa...can *nyengir* tapi kecintaan saya pada hewan, tak pernah padam hingga detik ini.

Bagi saya, menjadi dokter hewan itu adalah sebuah pengabdian. It's a passion. Kecintaan. Rasa sayang pada hewan dan empati yang tinggi. Terutama pada pemilik meong yang fakir ini. Hoho..

Pertama kali bertemu dengan dokter Dina ini, ya karena Koko. Masih ingat kan? Koko yang sudah 2 hari tidak makan. Awalnya saya tidak begitu yakin apa dia masih buka praktek. Plang nama di pengkolan jalan itu nampak tua tak terurus. Tapi karena kepepet, akhirnya saya datang juga.

Sebenarnya saya trauma pergi ke dokter hewan. Saya nggak mau lagi ke dokter hewan yang ada di komplek rumah orang kaya itu.  Dulu saya kesana karena tak ada lagi dokter hewan di sekitar kampung saya.

Saya tahu, karena takdir-lah mereka pergi mendahului saya. Mpus Tiri yang harus dicaesar dan mpus Juki yang sakit lalu diinfus dan opname.

Tapi yang saya nggak suka adalah mereka sama sekali tak memahami kesulitan saya. Satu-satunya uang belanja kami berikan untuk biaya mereka. Saya tak akan sesedih ini jika saja si dokter menepati janjinya.

Sebelumnya si dokter pernah berjanji, ia akan berikan diskon karena saat itu saya tak mampu membayar biaya sebesar itu. *akhir bulan dan itu satu-satunya uang belanja kami, you know*

Tapi kemudian ia tak mau bertemu saya dengan alasan ada pasien. Saya hanya bengong di depan kasir dengan tagihan ditangan dan jasad mpus juki yang sudah diberi kain kafan.

Atau juga saya tak akan kecewa sedemikian rupa jika saja si dokter memasang tarif yang masuk akal. Saya ingat tahun lalu, waktu itu Jack, Mumun dan Mimin sakit mata. Penyakitnya sama dan diagnosanya sama. Mata mereka kena virus. Obatnya juga sama, salep mata. Tapi si dokter memasang tarif rp 50,000 untuk tiap kucing. Yaolooo.. Saya harus keluarkan rp 150,000 untuk ketiga anak kucing ini.

Ya, kalian bisa saja menuduh saya terlalu subjektif. Tapi ...dok.... Mbok ya jangan terlalu komersil dong ah.

Maka, saya *dan keenam mpus saya* merasa bersyukur telah dipertemukan dengan dokter yang satu ini. Dokter Dina yang tinggal di kampung sebelah. Pertama kali datang membawa Koko ke rumahnya *sekaligus tempat prakteknya* yang ia tanyakan pertama kali adalah :

"Sakit apa deeeek?"

Hah? Koko dipanggil adek. Haha..Lucu juga nih dokter. Lalu Koko diperiksa dengan seksama. Ditimbang, di periksa suhu tubuhnya, diberi obat cacing, diberi obat sirup dan disuntik antibiotik. Koko gitu lho. Yang seumur hidupnya nggak pernah sakit. Dan yang seumur hidupnya  nggak pernah kenal dengan jarum suntik. Bahkan Koko yang bandel, ogah minum dan ngumpet di kolong kerja pun ia tunggu dengan sabarnya.

Saya baru tahu ada dokter seperti ini.  Aah.. Saya bisa bernapas dengan lega. Saya dan Koko saling berpandangan .......

Dan senyum kami mengembang.

*BTR dinihari 03-07-2014 00.42 wib, nggak biasa tidur, lagi nunggu sahur. Mpus Koko tidur di dalam lemari dan mpus nyit-nyit tidur bergelung di betis saya.

June 17, 2014

sudah bulan juni lagi

sudah bulan juni lagi. *sigh* cepet juga ya waktu berlalu. bagi saya, bulan juni adalah bulan yang sendu. Entah ya, rasanya abu-abu gitu deh. Seperti melihat jalan sepi yang kiri kanannya penuh dengan pohon yang sedang meranggas. kering dan dingin.

Ah.. di bulan ini, kucing-kucing di rumah mendadak sakit. Koko sariawan dan Macan batuk-batuk. Sedih rasanya ketika melihat Koko ogah makan dan Macan yang biasanya bak sapu terbang, mendadak lesu.

duh.. cepet sembuh ya ... 

*BTR 17 juni 2014 15.14 wib, ketika waktunya kerja tapi pikiran melayang-layang kesana kemari*


Tshirt kunyit dari pulau pramuka

Minggu lalu saya pergi ke Pulau pramuka. Urusan kerja sih, tapi.. Ini adalah pekerjaan yang paling menyenangkan bagi saya.  Motret sambil jalan-jalan, gratis dan  dapet uang jajan pula...Hahaha..

Lalu hubungannya dengan T-shirt kunyit? Hehe..sabar, saya akan cerita tentang pulau itu dulu ya.

Ini kali pertama saya ke Pulau Pramuka, ini pula kali pertama saya menyeberang ke Kepulauan Seribu. Pulaunya kecil namun padat penduduk. Maklum, disinilah ibukota kabupaten Kepulauan seribu.

Walau padat penghuni, tapi kami *catat : para turis* tetap merasa nyaman dan leluasa mengeksplorasi pulau. Memyewa sepeda dan berkeliling melewati blok-blok rumah yang rapi dan teratur. Jalan paving dan hanya satu dua motor lewat. 

 Lingkungannya bersih dan rindang pepohonan. Walau keringat saya terus bercucuran sebesar biji jagung tapi lautnya.... Ya Tuhaaaaaan.... Hanya ada tiga kata-kata bijak yang keluar dari mulut saya. Endah surendah bangeeed. Biru sebiru-birunya dan bening sebening beningnya. Mengundang sekali untuk  snorkeling, diving, banana boat, mendayung kayak di laut, melihat penangkaran penyu dan yang pasti di pulau ini saya bisa melihat sunset dan sunrise dengan tenangnya.

Oh ya, yang nggak boleh ketinggalan.. Apalagi kalau bukan melahap  ikan lautnya nan segar. Di jadikan lauk goreng, bumbu pedas bahkan dibakar dengan bumbu mentega dan garam pun rasanya sudah aduhai.
Nah......urusan kerja selesai, rasanya belum lengkap kalau tidak tengak tengok dan belanja. Yah, namanya juga emak emak :p

Disini tidak begitu banyak yang menjual oleh-oleh, tapi beberapa ada yang menjual ikan asin dan kerupuk olahan dalam gerobak asongan. Satu toko yang menjual kerajinan dari kerang laut dan beberapa toko yang menjual baju dan kain bali, itu pun digabung dengan toko kelontong yang menjual sabun dan beras. 

Tapi ternyata ada satu kios yang menjual painting t'shirt. Motifnya sih umumnya bertema laut lah ya. Pantai, pulau atau ikan laut. Namun, yang menarik adalah atraksi si penjual yang langsung melukis di atas t'shirt. Custom made dan gambarnya ternyata bisa kita minta sesuai keinginan kita. Hoho...!

Jadi sementara teman-teman yang lain memilih gambar ikan lumba-lumba dan kuda laut, saya sih minta di gambar kucing. Itu sudah pasti. Tak perlu menunggu lama, setelah ia tahu apa yang saya maksud, maka voila.. Jadi lah t'shirt kunyit saya. Nyit's tshirt. The one and only. Satu-satunya di dunia. Haha... Saya yakin.. Kalian juga pengen kaaan?


-16-06-2014 11.50 wib, lagi di kampung sebelah, nungguin juki dimandiin. Sigh..lama sangaaaad.. :((-

PS : gara-gara t'shirt kunyit ini, saya jadi penasaran pengen bikin sendiri. Googling internet, ternyata udah banyak yang upload step by step untuk membuat painting t'shirt. Laaah.. Trus jadi berkembang deh ngeliat yang jual T-shirt khusus gambar kucing. Mauuuuuuu....*mewek

April 4, 2014

adoption is like a marriage

adoption is like a marriage

for better or worst, until death do us apart

not just until they scratch your furniture
not just until they are sick
not just until you are bored
not just until you have someone new

(Quote for tudayyyy. :-) ... Taken from fb Steril yuk, while mpus Macan is being 'ngempeng' on my finger. Hello? ) Btr 4-4-2014

April 3, 2014

Kalau Koko lagi kangen

Sudah beberapa hari ini Koko manja bukan main. Siang kemarin, pulang main, sejak dari pagar depan, masuk pintu kucing, masuk ke dapur, dan tiba dihadapan saya. Ia mengeong manja tak berkesudahan. Nadanya syahdu seperti kucing yang terjepit buntutnya dan tak diberi makan tujuh hari tujuh malam. Well, Koko. Saya sedang sibuk. Sahut saya tak lepas dari monitor komputer saya. Lalu Koko mengeluarkan senjata andalannya, duduk di meja, menduduki keyboard dan dengan cueknya mandi kucing tepat depan depan hidung saya. *nangis sesegukan*

Lalu, ketika minta makan. Sudah dua hari ini, Koko bersikap kelaparan ingin makan, tapi setelah mangkuknya disodorkan di depan hidungnya, ia hanya menjilat sedikit lalu melengos pergi atau hanya menggigit kecil makanannya, lalu dengan ekspresi waspada dibawa pergi ke pojokan. Lalu cemberut karena tidak makan.

Oke deh.. Saya mengalah. Ikan cue-nya saya berikan begitu saja tanpa nasi. Dan yang menyebalkan, dia minta disuapin. Iya! Seujung kecil ikan, harus saya sodorkan di depan hidungnya. Baru dia mau makan. Huh! Tidak sopaaaaaaan...!!!!

Tapi tak hanya itu, subuh tadi juga begitu. Ketika saya shalat di kamar depan, entah dari mana tiba tiba.. Buummmm !!! Koko sudah nyengir di depan saya. Dan dengan semena-mena duduk di pangkuan,  mandi kucing sebentar... Dan bergelung untuk.... Tedooooooooor..!! Halah ! Dia pikir saya kasur ? Alas tempat tidurnya setelah dugem semalaman ?

Namun, dari semua itu yang paling menghancurkam hati saya adalah kenyataan bahwa Koko (dan semua kucing saya) tak boleh masuk kamar lagi. Ya, ini keputusan terberat dalam hidup saya. Sejak dua bulan terakhir, asma saya kumat lagi. Dua kali masuk UGD dan yang terparah, minggu lalu saya harus opname di rumah sakit.

Maka kamar adalah tempat yang steril bagi mpus-mpus di rumah. Tak ada lagi yang boleh masuk, apalagi tidur disana.

Aaah.. Sedihnya!

Dulu saya masih curi-curi, membiarkan Koko, atau Malih.. Atau kunyit.. Atau siapapun yang ingin tidur di kamar. Malih biasanya lebih suka tidur dilantai di sudut kamar sedangkan tempat favorit Kunyit, ada di selimut di kaki saya. Tapi Koko, hanya Koko seorang eh.. Seekor yang suka tidur di pangkal lengan saya.  (To be presice : in my  ketek ;p *barangkali disana harum semerbak kali ya? :-) * atau... *ini yang selalu dianggap menjengkelkan oleh suami saya* Ketika Koko memutuskan untuk tidur tepat diantara kami berdua.

Kalaupun pintu kamar sudah tutup, dan Koko -karena satu dan lain hal- terlambat datang. Koko punya satu cara ampuh untuk membangunkan saya dan membuka pintu untuknya. Yaitu dengan : menggaruk-garuk pintu dengan cakar meongnya yang tajam ituuh! can you imagine? Suara pintu beradu kuku yang saya jamin kontan akan membuka kedua mata seketika. 

Akhirnya, saya menyadari. Rasanya, dibalik perilakunya yang ajaib itu. Koko ingin menyampaikan sesuatu. 

Well, Koko lagi kangen. Hahaha...

Aaah.. Co cuiiiiiit!!!!

(Btr, 09.50wib, ditemani mpus Macan, lagi jemur badan di years depan...nambah stock vitamin D untuk 4 hari ke depan)

March 19, 2014

Asisten kecil saya

Masih ingat Macan kan? Ya, kucing kecil ini sudah mulai besar. Sayang, saya nggak tahu tanggal kelahirannya.Ketika saya temukan di depan rumah akhir desember lalu, saya duga umurnya belum lah genap dua bulan. Jika itu benar, maka sekarang umurnya sudah sekitar 5 bulan. Dalam dunia per-kucing-an, empat bulan setara dengan umur 13 tahun manusia. ( selengkapnya bisa di liat disini :
http://kucinggue.blogspot.com/2012/12/perbandingan-umur-kucing-dan-umur.html) itu tandanya Macan sudah abg. Walau ABG menurut standard manusia, Macan sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kucing yang mulai beranjak dewasa. Yaah, tidak seperti abg yang mulai jerawatan dan mulai mengenal cinta. :-) Kelakuan Macan masih sama seperti ketika pertama kali kami dipertemukan. Berisik, jahil, pecicilan, sok kuasa dan pantang menyerah. Hadeeeeh!

Well, saya menikmati betul momen-momen seperti ini. Rumah yang dulunya sepi *karena kucing kucing kami mulai besar dan jarang bermain*  kini kembali ceria. Well.. Ini kegiatan rutin Macan setiap hari.

04.30wib bangun, lalu mandi kucing

04.45wib merengek, miau-miau di kaki saya yang sedang sholat subuh.

05.00wib berlari beberapa putaran mengitari ruang tamu

05.30 wib mengganggu mpus jack

05.45 wib mengejar sapu dan pel (saya sedang menyapu n mengepel rumah)

06.00wib main kejar-kejaran dengan mpus kunyit

06.15wib sarapan bersama mpus2 yang lain. Lalu minum susu

07.00win mengganggu mpus jack

07.30wib mengganggu mpus Rong Rong yang lagi mampir makan (lalu ditampol Rong Rong)

08.00 wib berlari-lari lagi di uang tamu

08.30 wib berpura-pura in gin menggroming jack, lalu mengganggu jack lagi

09.00 wib sementara yang lain sudah pada molor, Macan masih be remain di kolong mobil

09.30 wib bwrmain bola tissue diuang tamu

10.00 wib zzzzzzzz..... (Fiuh!!!) Akhirnya ...

Lalu.. Mulailah masa-masa tenang hingga sekitar jam makan siang. Kadang-kadang makan siang bareng Koko, tapi lebih sering ia lewatkan keaempata emas itu. Dan memilih melqnjutkqn tidurnya. Nah.. Kegiatqnnya sore hari kurang lebih sama seperti pagi hari, 

February 20, 2014

Kucing garong yang bernama rong-rong

Entah kenapa saya kok tergila-gila dengan kucing garong. Walau tampangnya gelandangan banget, tapi mereka punya aura yang.. Ah.. sulit diungkapkan. Masih ada yang belum tahu kucing garong? Well, coba deh amati sekitar. Di rumah, di jalan atau kalau lagi makan pecel lele di pinggir jalan.

Kucing garong is everywhere... :-)

Ciri-cirinya gampang dikenali. Kalau kalian melihat ada seekor kucing yang badannya gede, dekil, bentuk wajahnya persegi dan bengap *seperti petinju yang baru turun dari ring tinju* tapi terlihat manis pada saat yang bersamaan,  soliter dan dominan diantara kucing kucing liar lain. Nah, itu dia si kucing garong.

Di komplek tempat saya tinggal sekarang, ada tuh satu kucing garong yang menjadi penguasa komplek ini. Yah.. Untuk alasan keamanan, bagaimana jika kita sebut saja bunga ... *eh? 

Haha.. maaf , bagaimana kalau saya beri nama Rong Rong ?

Kerjanya ya gitu deh, luntang lantung keliling komplek. Malah saya sempat curiga, kucing garong ini lebih sering beredar dibandingkan dengan satpam komplek. Nongkrongnya di blok belakang dan hobinya mem-bully kucing kucing lain. Persis preman.

Si Rong Rong ini musuh bebuyutannya Koko juga. Sebenarnya Koko nggak salah-salah amat sih. Koko itu cinta damai. Kalaupun sering berantem, itu semata-mata hanya karena Koko ingin mempertahankan daerah kekuasaannya. Yah.. Walau sepetak kecil rumah kami, bolehlaaah.

Dulu ada masanya kami berdua *saya dan Koko maksudnya* berlinang air mata dibuatnya. Setiap kali Koko pulang penuh luka-luka, Koko menangis karena harga diri *remember? :-) * dan saya menangis melihat penderitaan Koko.  Saya bertekad untuk mengusir kucing garong ini dari dunia persilatan.

Berbagai cara sudah saya lakukan, melempar jumroh, maksudnya melempar batu untuk mengusir si Rong Rong, menyemprotnya dengan selang air, menimpuknya dengan sendal termasuk menyebarkan sayembara diantara satpam dan tukang sayur yang lewat depan rumah. Saya hanya ingin si Rong Rong pindah ke tempat lain.

Anywhere but here !

Hingga puncaknya tukang sayur langganan saya berhasil menjebak si Rong Rong dan memasukkannya dalam karung. Dan dari sela-sela lubang udara yang sengaja dibuat, saya bisa melihat ke dua bola mata Rong Rong menatap saya penuh makna. Lalu saya minta satpam komplek untuk membuangnya... Jaoooooooh.. dari tempat ini. Biarlah Kamu hijrah ke tempat lain ya mpuuus.

Tapi kedamaian di tempat ini tak berlangsung lama. Dua hari kemudian si Rong Rong telah kembali ke komplek kami. Kok bisa? Ini analisa saya dan tukang sayur saya.

(1) mata target tidak ditutup selama proses penculikan
(2) target memiliki ingatan yang kuat akan jalan pulang
(3) lokasi pembuangan target tidak terlalu jauh dari komplek tempat saya tinggal
(4) *ini yang paling penting* ketika membuang target, satpam tidak memilih rute perjalanan yang salah satunya harus melewati sungai atau kali.

Kata tukang sayur " Ini kepercayaan orang-orang dulu ya bu. Kalo mbuang kucing itu harus ngelewatin sungai. Dijamin, kucingnya nggak akan balik lagi. Kan dia nggak bisa lewatin sungai"

"Oooooo..." Saya dan Koko mangut-mangut.

Yah.. Mau bagaimana lagi. Akhirnya saya putuskan untuk berdamai  dengan Rong Rong. Daripada jantungan tiap kali mendengar laporan kalau Koko habis berantem.

Jadi kalau Rong Rong mampir untuk inspeksi, saya sediakan juga satu mangkuk nasi+ikan cue jatah premannya *kadang-kadang sisa makanan mpus di rumah* anggap aja sodaqoh ya mpus. Gumam saya pada Koko.

Koko sih masih tak rela walau sekarang sudah ada kemajuan. Kalau si garong datang, Koko tak lagi datang dan langsung menyerbunya. Tapi duduk waspada dan memandang dari kejauhan. Kunyit *secara dia juga kucing cowok * cuma memandang dengan pandangan EGP. Apalagi si Macan. Kucing jantan kecil ini malah menghampiri si Rong Rong dan mengajaknya main. *namanya juga anak-anak*

Dan you know what? Si Rong Rong tak terusik sama sekali. Dengan tenang dia menghabiskan isi mangkuk jatahnya. Lalu pergi dan meong-meong dengan berisiknya.

Saya rasa, saya sudah di bully oleh kucing garong ini *sigh*


(BTR, 20 pebrur 2014, mau cari harta karun sambil nunggu jemuran kering :-) )






Kalung kucing

Kalung kucing bagi saya adalah semacam pengikat hati antara saya dan kucing-kucing saya. Yah.. Seperti pasangan yang sudah menikahlah, mereka biasanya kan memasang cincin di jari manis. Walau saya tak pernah tahu apakah kucing kucing ini suka dengan kalung yang  melingkar dilehernya. Mereka nggak pernah bilang. Haha..

Kalung itu juga tanda. Umumnya orang sudah paham lah ya kalau ada kucing yang memakai kalung, itu berarti dipelihara orang. Ada pemiliknya. Biasanya ditambah name tag. Ada nama si meong, alamat dan nomor telpon pemilik. Tujuannya tentu jika kucing itu hilang atau nyasar, memudahkan orang yang menemukan untuk mengembalikan kepada pemiliknya.

Saya tak pernah ingat, sejak kapan saya mulai membelikan kucing kucing saya sebuah kalung. Rasanya sudah sejak dulu. Banyak kok dijual di petshop. Bahannya bisa bermacam-macam, kulit atau nylon contohnya. Kalung ini biasanya ditambah dengan lonceng kecil sebagai pemanis. Harganya bermacam-macam, tapi umumnya berkisar antara Rp 15,000 s.d. Rp 25,000

Tapi saya tidak begitu suka. Suaranya  loncengnya kurang nyaring. Tapi ternyata ada juga yang menjual loncengnya secara eceran. Lebih besar dan suaranya jauh lebih nyaring. Malah sekarang bentuknya lucu-lucu. Seperti loncengnya mpus Jack yang berbentuk kelinci atau loncengnya mpus Macan yang bentuk ikan dori *tokoh ikan pelupa di film finding nemo, masih ingat kan?* bahkan dulu Koko pernah punya lonceng yang bentuknya spongebob.. Haduuuuh.. Lucu bangeeet..!

Dulu harganya masih Rp 5,000 perbuah. Tapi sekarang sudah dua atau tiga kali lipat *mewek* ya Iya lah.. Tentu saja saja mewek. Karena kucing kucing ini amat rajin menghilangkan lonceng kincring-kincringnya. Koko yang paling sering. Apalagi kalau seusai bertarung dengan kucing garong. Yaaah.. Menangis miau-miau pulang dengan luka di tangan. Selain harga dirinya yang hilang *karena kalah telak* kalungnya juga hilang! Aaaargggh..! Kan nggak tiap hari saya ke petshop untuk beli kalung kan Koooo!

Maka akhirnya saya mulai membeli lonceng kincring-kincring ini untuk persediaan. Membeli tali prusik juga di toko outdoor. Jadi saya bisa berhemat dengan membuat kalung sendiri. Dan tak perlu menunggu lama. Sedetik kalungnya hilang, maka detik berikutnya sudah ada gantinya.

Eniwey busway, tahukah kalian gara-gara kalung kincring-kincring ini, indera pendengaran saya menjadi semakin terlatih lho. Ya, seperti pendekar yang sedang latihan di shaolin. Sekarang saya bisa membedakan Apakah itu mpus Koko atau Kunyit yang sedang masuk melalu pintu kucing di dapur, mpus Macan yang sedang main di semak-semak depan rumah atau mpus Malih yang sedang nongkrong dan mandi kucing di atas mobil.

Hanya dengan mendengar bunyi kincring-kincringnya saja. Hahaha.

Jempol deh buat pencipta kincring-kincring ini. Makasih lhoooo....

(BTR 20-02-2014, 08.46 wib, Koko lagi jadi patung di tembok pagar, Malih lagi nongkrong di atas mobil, dan ma chaaaan... Sedang main di kolongnya)

February 15, 2014

Anak kucing dan kasur

Kalau kalian melihat kasur kami saat ini, jangan kaget ya, karena ada kasur besar namun penuh dengan `pulau-pulau` bekas ompol. Jangan salah mengerti,  itu bukan bekas ompol saya dan juga bukan bekas ompol suami saya tercinta. :-)  Tapi itu adalah tanda mata dari kucing-kucing kami dulu ketika mereka masih kecil.

Sekarang saya baru sadar, kalau kucing kecil itu sama seperti balita. Suka pipis sembarangan. Dan saya selalu kalah telak satu set dari unyil-unyil yang tampangnya innocent ini. Setelah pipis,  tahu-tahu mereka sudah kabur dari kamar.

Kenapa harus di kasur sih mpus? * nangis sesegukan di pojok kamar*

Padahal saya kurang apa. Sudah saya sediakan tempat khusus bagi mereka untuk pup n pis. Tapi entah kenapa mereka lebih suka di tempat yang empuk itu. Dulu ketika masih ada mpus gumgum, hampir tiap hari saya harus kerja bakti. Awalnya sih dia pengen main di dalam kamar. Tapi sedetik kemudian *sambil nyegir*  doi berjalan dengan santai keluar dari kamar. Dan iyalaaah...ada pulau segede rayuan pulau kelapa diatas kasur kami.

Setelah Gumgum, masih ada tuh generasinya mpus Jack dan ketiga saudara kandungnya. Dan terakhir, siapa lagi kalau bukan si Macan *secara dia yang paling bungsu di rumah ini* Saya selalu sport jantung setiap kali Jack mengajak adiknya main diantas kasur. Ya apa lagi kalau bukan Macan yang mendadak punya ide brilian untuk meninggalkan tanda mata` diatasnya.

Kenapa sih mereka suka ngompol di atas kasur? Entah ya, tapi menurut pengamatan saya, mereka akan selalu kembali ke tempat yang sama. Sudah pada tahu dong kalau penciuman mereka tajam. Tidaklah sulit bagi mereka untuk datang dan datang lagi ke tempat bekas ompol mereka.

Tapi percayalah, kebiasaan ini akan berhenti dengan sendirinya seiring dengan waktu. Malu kan.. Sudah besar kok masih ngompol.

Iya kan Chaaan? *sambil melirik mpus Macan yang matanya sudah 5 watt. Waktunya tedooooor nih.

(BTR, 08.44wib, diantara berisik suara org renov belakang rumah, mendung, udah nyetrika, nyuci, dan non ton NCIS di aora)

Berdamai dengan asma

Tahun lalu dua kali saya masuk UGD. Ihiks, asma saya kambuh. Saat itu saya baru tahu kalau saya mengidap asma. Tidak sampai opname sih, tapi saya harus terapi dan berobat jalan tiga hari berturut-turut. 

Kalau asma saya sudah kambuh, rasanya seperti mau mati saja. Diawali dengan batuk-batuk yang tidak pernah berhenti, kemudian saya sulit bernafas, suaranya ngik-ngik gitu lho. Dada rasanya ditindih dengan batu yang besar, sakit ketika menarik nafas, jantung berdebar dengan cepat, keringat dingin, mata berkunang-kunang dan rasanya mau pingsan karena tekanan darah yang naik sebagai akibatnya.

Saya jarang sakit *yah.. Paling batuk pilek kalau sedang ganti musim* tapi sejak dua tahun lalu, saya selalu menderita batuk. Begitu hebatnya sehingga hampir tiap dua minggu saya pergi ke dokter.

Dan vonisnya selalu sama : saya menderita ISPA. (Infeksi saluran pernafasan bagian atas). Dan resep obatnya juga selalu sama : antibiotik, pengencer dahak, obat batuk dan obat sapujagat (untuk pusing demam dan pegal linu)

Saya tidak puas. Mosok sih, bolak-balik ke dokter tapi nggak sembuh juga. Lalu dua kali rontgen paru-paru. Tapi saya baik-baik saja tuh. Tidak ada masalah dengan paru-paru.

Nah, gara-gara masuk UGD itu akhirnya saya benar-benar mendapat pencerahan. Oleh dokter yang memeriksa, saya diajarkan untuk mengenal lebih dekat dengan penyakit saya.

Dan.. Iyahaaa... Penyakit saya yang sebenarnya adalah :

a-s-m-a

Kata dokter, saya harus menghindari pencetusnya. Ya, mirip dengan alergi, asma muncul sebagai reaksi yaitu saluran pernapasan yang menyempit sebagai mekanismenya untuk menghindari benda-benda asing yang akan masuk ke dalam paru-paru. Sama halnya dengan batuk atau bersin, itu juga mekanisme tubuh untuk menghindari benda-benda asing yang masuk ke saluran makanan atau hidung anda.

Maka disebutnya lima pantangan yang harus saya hindari :

(1) hindari makanan yang terlalu pedas atau gorengan
(2) hindari minuman yang terlalu dingin apalagi es
(3) hindari debu *pakai masker is the best*
(4) berdamai dengan cuaca yang dingin *pakai jaket misalnya*
(5) hindari polusi *asap kendaraan atau rokok contohnya*

Setiap orang bisa berbeda-beda. Jadi, PR besar buat saya untuk mencari tahu apa penyebabnya.

"Dan yang paling penting, tidak boleh terlalu lelah"
"Oh.. Baiklah, Dok!"
" Dan jangan lupa, jauhkan semua karpet, selimut atau jaket yang mengandung wol atau bulu ya"
"Siyaaap, Dok!" *nyengir*

Wow, dia sama sekali tidak menyebut kucing. Tentu dia tak pernah menduga bahwa di rumah banyak 'gumpalan' bulu yang mondar mandir kesana kemari. He he he...

Maka dari segala drama ini,  kucing jugalah yang menjadi kambing hitam setiap kali asma saya kambuh. *well, kucing hitam kali ya* suami saya, orang tua saya, bahkan keponakan saya menuduh kucing lah penyebabnya.

Iya deh saya ngaku, mungkin bulu kucing adalah salah satu sebab saya menderita asma. *nggak percaya juga sih, karena sepanjang ingatan saya, sejak umur 4 tahun hidup saya tak pernah lepas dari si meong. Dan sebagai catatan ya,  sejauh ini saya baik-baik saja*.

Tapi menurut saya ini juga akibat pencemaran udara. FYI, rumah saya ternyata hanya berjarak 4 km dari TPA Bantargebang.  *sigh*

Ah, saya tahu itu. Tapi sulit bagi saya untuk berpisah dengan makhluk lucu yang bermata bulat dan berkumis panjang ini. Saya sudah terlanjur cinta.

Maka ya suamiku, ayah dan ibuku juga keponakan-keponakanku. Kalau asma saya kambuh, tolong dong jangan langsung menghakimi meong meong saya yang lucu itu. Saya hanya ingin dipahami dan dimengerti. Dan... Yaaah.. Sedikit elusan di punggung untuk sekedar meringankan sesak di dada rasanya lebih dari cukup.

Iya ngggak mpus? *nyengir*

*sabtu, 15 pebrur 2014, mendung, sambil nonton NCIS, dan semua mpus tidur di posnya masing-masing. Sekarang saya tahu diri, begitu kondisi tubuh sedang tidak begitu bagus, saya akan segera berhenti untuk istirahat. Agak menjaga jarak dengan si meong *walau rasanya itu tak mungkin* selalu rajin menyapu dan mengepel lantai dan selalu rajin membersihkan debu. Dan selalu sedia inhaler di dalam tas saya.

February 7, 2014

Antara saya, suami dan KOKO

Sudah seminggu ini Koko tidur di kamar. Bukan kamar depan *yang fungsinya masih belum jelas hingga hari ini* tapi kamar belakang. Ya, kamar saya dan suami saya.

Jadwalnya teratur sekali. Jam sembilan malam dia akan lewat ruang tamu dan mengeong sekilas. Itu artinya, saya pulang dan akan tidur.

Jika pintu kamar masih tertutup, dia akan sabar menanti di depannya. Atau menteror saya dengan mengeong tepat di muka saya. Itu artinya juga saya harus  segera membuka pintu.

Lalu Koko akan berputar- putar diatas kasur, mencari spot yang paling nyaman untuk tidur. Biasanya dia akan memilih sisi kiri kasur. Itu sisi tempat saya biasa tidur. Saya tak tahu kenapa. Mungkin karena bau tubuh saya ada di sana.

Setelah itu dia akan memulai ritualnya mandi kucing. Tidak selama mpus Kunyit sih, tapi cukuplah baginya untuk bersih-bersih. Kemudian dia akan bergelung dan tedoooorr.

Koko juga menjadi bahan kecemburuan suami. "Lho? Kok ada Koko?"
Apa lagi jika kami akan tidur, Koko bangun dan dengan tampang tanpa dosa ia akan pindah dan tidur tepat ditengah-tengah kami berdua.

Aaaarghhhh .. Koko!!!

Lalu Koko cuma mengangkat kepalanya sejenak, memandang suami saya dengan pandangan EGP. Lalu bergelung tidur di ketek saya, sambil memijat-mijat ala cakar miaunya. Ahaha..

Yah, kalau sudah begitu paling saya yang menyahut, " Yah, Koko lagi kangen barangkali. Nanti kalau sudah bosan dia akan tidur di atap mobil seperti biasa. Biarin aja lah..."

Maka inilah kami : saya, suami saya dan Koko berbagi tempat tidur. Kalau yang punya kamar (baca : Koko) bilang saya akan tidur disana, ya sudah, tak ada satupun yang berani melawan. Termasuk suami saya, yang sedang menggigit ujung bantal dan manyun di pojokan.

Maaf ya cintaaaah :-)

(Btr, 11.25 pm, berisik di belakang. Ada yang renovasi rumah :(( mpus Macan lagi main di jendela, nyit-nyit sedang tidur di kursi depan, dan Khow-khow? Tidur di atap mobil lah sambil memantau jalan depan rumah, the traffic is so so you know)




February 5, 2014

Foto untuk kiki

Semalam pippy mampir ke rumah. Seperti biasa dia duduk manis di depan pintu kucing, tak mau masuk, walau sebenarnya dia bisa. Maka begitu pintu dapur saya buka, pippy masuk dengan gaya-nya. Berjalan perlahan sambil menggeram-geram seperti anjing yang galak.  Yah, si grumpy pippy kembali beraksi.

Kunyit entah dimana, Koko mengawasi dari atap mobil. Jack dan Macan ada di dapur tapi hanya memandang dengan rasa ingin tahu sekaligus lega karena sudah mengambil jarak aman.

Pippy makan dengan lahapnya. Sementara itu saya mulai mengunci pintu. Malam itu saya memang ingin mampir ke rumah bude. Neneknya kiki. Rumah mereka ada di blok sebelah.

Sudah dua tahun ini pippy dalam pengembaraannya. Seingat saya, sejak almarhumah mpus Tiri ada di rumah. Pippy tak betah tinggal di rumah. Sejak saat itu berganti-ganti saya dengar dari tetangga jika pippy hidup menggelandang. Mindik-mindik di rumah bu Mujib, nyelonong masuk ke rumah mama syalwa dan nongkrong di atap mobil mama zahra.

Pippy tetap pulang untuk makan, tapi dia menolak keras untuk tinggal disini lagi. Ihiks! Sedih banget.

Hingga setahun lalu, rupanya pippy sudah menentukan pilihannya. Yaitu : Kiki, Anak laki-laki kelas lima SD, Anak tunggal yang tinggal bertiga bersama ibu dan neneknya yang membuka warung di depan rumahnya.

Yang membuat saya lega, keluarga ini ternyata sayang dan cinta ke pada Pippy. Menerima Pippy adanya. Dibalik sifat Grumpy-nya, saya tahu Pippy adalah seekor kucing dengan kepribadian yang hangat. Lucu menggemaskan dan memiliki empati yang tinggi pada pemiliknya.

Kiki memang suka dengan kucing. Begitu pippy menentukan pilihannya pada Kiki, kiki bagaikan mendapat durian runtuh..mmm.. Nangka runtuh sih... Ahaha.. *karena Pippy gendut sekali.* Tidur di kamarnya, duduk di meja belajar, nemplok di pangkuan, dan mengantar ke depan komplek ketika ia berangkat sekolah.. Pippy bagai belahan jiwanya.

Walau hati ini perih karena pippy lebih memilih Kiki dari pada saya *nyengir* tapi saya bahagia untuk Pippy. Karena cinta maka saya 'lepaskan' Pippy.

Maka kemarin malam, saya datang ditemani Pippy. Sambil membawa satu pigura besar bergambar foto lama Pippy. Saya rasa Kiki yang lebih berhak.

Sedangkan saya? Saya cukuplah ditengoknya sehari dua kali. Walaupun sepertinya yang diincarnya hanyalah semangkuk nasi bercampur ikan cue.

Haha... Namanya juga cinta buta. Iya nggak Pips?

(BTR 11.18 am, hujan, banjir dimana-mana dan batal ke ibukota (again). Saya masih sering menengok Pippy dan Pippy pun *kalau tidak hujan badai* setiap pagi dan sore selalu datang ke rumah dan ikut makan bersama kucing kucing lainnya.)