February 20, 2014

Kucing garong yang bernama rong-rong

Entah kenapa saya kok tergila-gila dengan kucing garong. Walau tampangnya gelandangan banget, tapi mereka punya aura yang.. Ah.. sulit diungkapkan. Masih ada yang belum tahu kucing garong? Well, coba deh amati sekitar. Di rumah, di jalan atau kalau lagi makan pecel lele di pinggir jalan.

Kucing garong is everywhere... :-)

Ciri-cirinya gampang dikenali. Kalau kalian melihat ada seekor kucing yang badannya gede, dekil, bentuk wajahnya persegi dan bengap *seperti petinju yang baru turun dari ring tinju* tapi terlihat manis pada saat yang bersamaan,  soliter dan dominan diantara kucing kucing liar lain. Nah, itu dia si kucing garong.

Di komplek tempat saya tinggal sekarang, ada tuh satu kucing garong yang menjadi penguasa komplek ini. Yah.. Untuk alasan keamanan, bagaimana jika kita sebut saja bunga ... *eh? 

Haha.. maaf , bagaimana kalau saya beri nama Rong Rong ?

Kerjanya ya gitu deh, luntang lantung keliling komplek. Malah saya sempat curiga, kucing garong ini lebih sering beredar dibandingkan dengan satpam komplek. Nongkrongnya di blok belakang dan hobinya mem-bully kucing kucing lain. Persis preman.

Si Rong Rong ini musuh bebuyutannya Koko juga. Sebenarnya Koko nggak salah-salah amat sih. Koko itu cinta damai. Kalaupun sering berantem, itu semata-mata hanya karena Koko ingin mempertahankan daerah kekuasaannya. Yah.. Walau sepetak kecil rumah kami, bolehlaaah.

Dulu ada masanya kami berdua *saya dan Koko maksudnya* berlinang air mata dibuatnya. Setiap kali Koko pulang penuh luka-luka, Koko menangis karena harga diri *remember? :-) * dan saya menangis melihat penderitaan Koko.  Saya bertekad untuk mengusir kucing garong ini dari dunia persilatan.

Berbagai cara sudah saya lakukan, melempar jumroh, maksudnya melempar batu untuk mengusir si Rong Rong, menyemprotnya dengan selang air, menimpuknya dengan sendal termasuk menyebarkan sayembara diantara satpam dan tukang sayur yang lewat depan rumah. Saya hanya ingin si Rong Rong pindah ke tempat lain.

Anywhere but here !

Hingga puncaknya tukang sayur langganan saya berhasil menjebak si Rong Rong dan memasukkannya dalam karung. Dan dari sela-sela lubang udara yang sengaja dibuat, saya bisa melihat ke dua bola mata Rong Rong menatap saya penuh makna. Lalu saya minta satpam komplek untuk membuangnya... Jaoooooooh.. dari tempat ini. Biarlah Kamu hijrah ke tempat lain ya mpuuus.

Tapi kedamaian di tempat ini tak berlangsung lama. Dua hari kemudian si Rong Rong telah kembali ke komplek kami. Kok bisa? Ini analisa saya dan tukang sayur saya.

(1) mata target tidak ditutup selama proses penculikan
(2) target memiliki ingatan yang kuat akan jalan pulang
(3) lokasi pembuangan target tidak terlalu jauh dari komplek tempat saya tinggal
(4) *ini yang paling penting* ketika membuang target, satpam tidak memilih rute perjalanan yang salah satunya harus melewati sungai atau kali.

Kata tukang sayur " Ini kepercayaan orang-orang dulu ya bu. Kalo mbuang kucing itu harus ngelewatin sungai. Dijamin, kucingnya nggak akan balik lagi. Kan dia nggak bisa lewatin sungai"

"Oooooo..." Saya dan Koko mangut-mangut.

Yah.. Mau bagaimana lagi. Akhirnya saya putuskan untuk berdamai  dengan Rong Rong. Daripada jantungan tiap kali mendengar laporan kalau Koko habis berantem.

Jadi kalau Rong Rong mampir untuk inspeksi, saya sediakan juga satu mangkuk nasi+ikan cue jatah premannya *kadang-kadang sisa makanan mpus di rumah* anggap aja sodaqoh ya mpus. Gumam saya pada Koko.

Koko sih masih tak rela walau sekarang sudah ada kemajuan. Kalau si garong datang, Koko tak lagi datang dan langsung menyerbunya. Tapi duduk waspada dan memandang dari kejauhan. Kunyit *secara dia juga kucing cowok * cuma memandang dengan pandangan EGP. Apalagi si Macan. Kucing jantan kecil ini malah menghampiri si Rong Rong dan mengajaknya main. *namanya juga anak-anak*

Dan you know what? Si Rong Rong tak terusik sama sekali. Dengan tenang dia menghabiskan isi mangkuk jatahnya. Lalu pergi dan meong-meong dengan berisiknya.

Saya rasa, saya sudah di bully oleh kucing garong ini *sigh*


(BTR, 20 pebrur 2014, mau cari harta karun sambil nunggu jemuran kering :-) )






Kalung kucing

Kalung kucing bagi saya adalah semacam pengikat hati antara saya dan kucing-kucing saya. Yah.. Seperti pasangan yang sudah menikahlah, mereka biasanya kan memasang cincin di jari manis. Walau saya tak pernah tahu apakah kucing kucing ini suka dengan kalung yang  melingkar dilehernya. Mereka nggak pernah bilang. Haha..

Kalung itu juga tanda. Umumnya orang sudah paham lah ya kalau ada kucing yang memakai kalung, itu berarti dipelihara orang. Ada pemiliknya. Biasanya ditambah name tag. Ada nama si meong, alamat dan nomor telpon pemilik. Tujuannya tentu jika kucing itu hilang atau nyasar, memudahkan orang yang menemukan untuk mengembalikan kepada pemiliknya.

Saya tak pernah ingat, sejak kapan saya mulai membelikan kucing kucing saya sebuah kalung. Rasanya sudah sejak dulu. Banyak kok dijual di petshop. Bahannya bisa bermacam-macam, kulit atau nylon contohnya. Kalung ini biasanya ditambah dengan lonceng kecil sebagai pemanis. Harganya bermacam-macam, tapi umumnya berkisar antara Rp 15,000 s.d. Rp 25,000

Tapi saya tidak begitu suka. Suaranya  loncengnya kurang nyaring. Tapi ternyata ada juga yang menjual loncengnya secara eceran. Lebih besar dan suaranya jauh lebih nyaring. Malah sekarang bentuknya lucu-lucu. Seperti loncengnya mpus Jack yang berbentuk kelinci atau loncengnya mpus Macan yang bentuk ikan dori *tokoh ikan pelupa di film finding nemo, masih ingat kan?* bahkan dulu Koko pernah punya lonceng yang bentuknya spongebob.. Haduuuuh.. Lucu bangeeet..!

Dulu harganya masih Rp 5,000 perbuah. Tapi sekarang sudah dua atau tiga kali lipat *mewek* ya Iya lah.. Tentu saja saja mewek. Karena kucing kucing ini amat rajin menghilangkan lonceng kincring-kincringnya. Koko yang paling sering. Apalagi kalau seusai bertarung dengan kucing garong. Yaaah.. Menangis miau-miau pulang dengan luka di tangan. Selain harga dirinya yang hilang *karena kalah telak* kalungnya juga hilang! Aaaargggh..! Kan nggak tiap hari saya ke petshop untuk beli kalung kan Koooo!

Maka akhirnya saya mulai membeli lonceng kincring-kincring ini untuk persediaan. Membeli tali prusik juga di toko outdoor. Jadi saya bisa berhemat dengan membuat kalung sendiri. Dan tak perlu menunggu lama. Sedetik kalungnya hilang, maka detik berikutnya sudah ada gantinya.

Eniwey busway, tahukah kalian gara-gara kalung kincring-kincring ini, indera pendengaran saya menjadi semakin terlatih lho. Ya, seperti pendekar yang sedang latihan di shaolin. Sekarang saya bisa membedakan Apakah itu mpus Koko atau Kunyit yang sedang masuk melalu pintu kucing di dapur, mpus Macan yang sedang main di semak-semak depan rumah atau mpus Malih yang sedang nongkrong dan mandi kucing di atas mobil.

Hanya dengan mendengar bunyi kincring-kincringnya saja. Hahaha.

Jempol deh buat pencipta kincring-kincring ini. Makasih lhoooo....

(BTR 20-02-2014, 08.46 wib, Koko lagi jadi patung di tembok pagar, Malih lagi nongkrong di atas mobil, dan ma chaaaan... Sedang main di kolongnya)

February 15, 2014

Anak kucing dan kasur

Kalau kalian melihat kasur kami saat ini, jangan kaget ya, karena ada kasur besar namun penuh dengan `pulau-pulau` bekas ompol. Jangan salah mengerti,  itu bukan bekas ompol saya dan juga bukan bekas ompol suami saya tercinta. :-)  Tapi itu adalah tanda mata dari kucing-kucing kami dulu ketika mereka masih kecil.

Sekarang saya baru sadar, kalau kucing kecil itu sama seperti balita. Suka pipis sembarangan. Dan saya selalu kalah telak satu set dari unyil-unyil yang tampangnya innocent ini. Setelah pipis,  tahu-tahu mereka sudah kabur dari kamar.

Kenapa harus di kasur sih mpus? * nangis sesegukan di pojok kamar*

Padahal saya kurang apa. Sudah saya sediakan tempat khusus bagi mereka untuk pup n pis. Tapi entah kenapa mereka lebih suka di tempat yang empuk itu. Dulu ketika masih ada mpus gumgum, hampir tiap hari saya harus kerja bakti. Awalnya sih dia pengen main di dalam kamar. Tapi sedetik kemudian *sambil nyegir*  doi berjalan dengan santai keluar dari kamar. Dan iyalaaah...ada pulau segede rayuan pulau kelapa diatas kasur kami.

Setelah Gumgum, masih ada tuh generasinya mpus Jack dan ketiga saudara kandungnya. Dan terakhir, siapa lagi kalau bukan si Macan *secara dia yang paling bungsu di rumah ini* Saya selalu sport jantung setiap kali Jack mengajak adiknya main diantas kasur. Ya apa lagi kalau bukan Macan yang mendadak punya ide brilian untuk meninggalkan tanda mata` diatasnya.

Kenapa sih mereka suka ngompol di atas kasur? Entah ya, tapi menurut pengamatan saya, mereka akan selalu kembali ke tempat yang sama. Sudah pada tahu dong kalau penciuman mereka tajam. Tidaklah sulit bagi mereka untuk datang dan datang lagi ke tempat bekas ompol mereka.

Tapi percayalah, kebiasaan ini akan berhenti dengan sendirinya seiring dengan waktu. Malu kan.. Sudah besar kok masih ngompol.

Iya kan Chaaan? *sambil melirik mpus Macan yang matanya sudah 5 watt. Waktunya tedooooor nih.

(BTR, 08.44wib, diantara berisik suara org renov belakang rumah, mendung, udah nyetrika, nyuci, dan non ton NCIS di aora)

Berdamai dengan asma

Tahun lalu dua kali saya masuk UGD. Ihiks, asma saya kambuh. Saat itu saya baru tahu kalau saya mengidap asma. Tidak sampai opname sih, tapi saya harus terapi dan berobat jalan tiga hari berturut-turut. 

Kalau asma saya sudah kambuh, rasanya seperti mau mati saja. Diawali dengan batuk-batuk yang tidak pernah berhenti, kemudian saya sulit bernafas, suaranya ngik-ngik gitu lho. Dada rasanya ditindih dengan batu yang besar, sakit ketika menarik nafas, jantung berdebar dengan cepat, keringat dingin, mata berkunang-kunang dan rasanya mau pingsan karena tekanan darah yang naik sebagai akibatnya.

Saya jarang sakit *yah.. Paling batuk pilek kalau sedang ganti musim* tapi sejak dua tahun lalu, saya selalu menderita batuk. Begitu hebatnya sehingga hampir tiap dua minggu saya pergi ke dokter.

Dan vonisnya selalu sama : saya menderita ISPA. (Infeksi saluran pernafasan bagian atas). Dan resep obatnya juga selalu sama : antibiotik, pengencer dahak, obat batuk dan obat sapujagat (untuk pusing demam dan pegal linu)

Saya tidak puas. Mosok sih, bolak-balik ke dokter tapi nggak sembuh juga. Lalu dua kali rontgen paru-paru. Tapi saya baik-baik saja tuh. Tidak ada masalah dengan paru-paru.

Nah, gara-gara masuk UGD itu akhirnya saya benar-benar mendapat pencerahan. Oleh dokter yang memeriksa, saya diajarkan untuk mengenal lebih dekat dengan penyakit saya.

Dan.. Iyahaaa... Penyakit saya yang sebenarnya adalah :

a-s-m-a

Kata dokter, saya harus menghindari pencetusnya. Ya, mirip dengan alergi, asma muncul sebagai reaksi yaitu saluran pernapasan yang menyempit sebagai mekanismenya untuk menghindari benda-benda asing yang akan masuk ke dalam paru-paru. Sama halnya dengan batuk atau bersin, itu juga mekanisme tubuh untuk menghindari benda-benda asing yang masuk ke saluran makanan atau hidung anda.

Maka disebutnya lima pantangan yang harus saya hindari :

(1) hindari makanan yang terlalu pedas atau gorengan
(2) hindari minuman yang terlalu dingin apalagi es
(3) hindari debu *pakai masker is the best*
(4) berdamai dengan cuaca yang dingin *pakai jaket misalnya*
(5) hindari polusi *asap kendaraan atau rokok contohnya*

Setiap orang bisa berbeda-beda. Jadi, PR besar buat saya untuk mencari tahu apa penyebabnya.

"Dan yang paling penting, tidak boleh terlalu lelah"
"Oh.. Baiklah, Dok!"
" Dan jangan lupa, jauhkan semua karpet, selimut atau jaket yang mengandung wol atau bulu ya"
"Siyaaap, Dok!" *nyengir*

Wow, dia sama sekali tidak menyebut kucing. Tentu dia tak pernah menduga bahwa di rumah banyak 'gumpalan' bulu yang mondar mandir kesana kemari. He he he...

Maka dari segala drama ini,  kucing jugalah yang menjadi kambing hitam setiap kali asma saya kambuh. *well, kucing hitam kali ya* suami saya, orang tua saya, bahkan keponakan saya menuduh kucing lah penyebabnya.

Iya deh saya ngaku, mungkin bulu kucing adalah salah satu sebab saya menderita asma. *nggak percaya juga sih, karena sepanjang ingatan saya, sejak umur 4 tahun hidup saya tak pernah lepas dari si meong. Dan sebagai catatan ya,  sejauh ini saya baik-baik saja*.

Tapi menurut saya ini juga akibat pencemaran udara. FYI, rumah saya ternyata hanya berjarak 4 km dari TPA Bantargebang.  *sigh*

Ah, saya tahu itu. Tapi sulit bagi saya untuk berpisah dengan makhluk lucu yang bermata bulat dan berkumis panjang ini. Saya sudah terlanjur cinta.

Maka ya suamiku, ayah dan ibuku juga keponakan-keponakanku. Kalau asma saya kambuh, tolong dong jangan langsung menghakimi meong meong saya yang lucu itu. Saya hanya ingin dipahami dan dimengerti. Dan... Yaaah.. Sedikit elusan di punggung untuk sekedar meringankan sesak di dada rasanya lebih dari cukup.

Iya ngggak mpus? *nyengir*

*sabtu, 15 pebrur 2014, mendung, sambil nonton NCIS, dan semua mpus tidur di posnya masing-masing. Sekarang saya tahu diri, begitu kondisi tubuh sedang tidak begitu bagus, saya akan segera berhenti untuk istirahat. Agak menjaga jarak dengan si meong *walau rasanya itu tak mungkin* selalu rajin menyapu dan mengepel lantai dan selalu rajin membersihkan debu. Dan selalu sedia inhaler di dalam tas saya.

February 7, 2014

Antara saya, suami dan KOKO

Sudah seminggu ini Koko tidur di kamar. Bukan kamar depan *yang fungsinya masih belum jelas hingga hari ini* tapi kamar belakang. Ya, kamar saya dan suami saya.

Jadwalnya teratur sekali. Jam sembilan malam dia akan lewat ruang tamu dan mengeong sekilas. Itu artinya, saya pulang dan akan tidur.

Jika pintu kamar masih tertutup, dia akan sabar menanti di depannya. Atau menteror saya dengan mengeong tepat di muka saya. Itu artinya juga saya harus  segera membuka pintu.

Lalu Koko akan berputar- putar diatas kasur, mencari spot yang paling nyaman untuk tidur. Biasanya dia akan memilih sisi kiri kasur. Itu sisi tempat saya biasa tidur. Saya tak tahu kenapa. Mungkin karena bau tubuh saya ada di sana.

Setelah itu dia akan memulai ritualnya mandi kucing. Tidak selama mpus Kunyit sih, tapi cukuplah baginya untuk bersih-bersih. Kemudian dia akan bergelung dan tedoooorr.

Koko juga menjadi bahan kecemburuan suami. "Lho? Kok ada Koko?"
Apa lagi jika kami akan tidur, Koko bangun dan dengan tampang tanpa dosa ia akan pindah dan tidur tepat ditengah-tengah kami berdua.

Aaaarghhhh .. Koko!!!

Lalu Koko cuma mengangkat kepalanya sejenak, memandang suami saya dengan pandangan EGP. Lalu bergelung tidur di ketek saya, sambil memijat-mijat ala cakar miaunya. Ahaha..

Yah, kalau sudah begitu paling saya yang menyahut, " Yah, Koko lagi kangen barangkali. Nanti kalau sudah bosan dia akan tidur di atap mobil seperti biasa. Biarin aja lah..."

Maka inilah kami : saya, suami saya dan Koko berbagi tempat tidur. Kalau yang punya kamar (baca : Koko) bilang saya akan tidur disana, ya sudah, tak ada satupun yang berani melawan. Termasuk suami saya, yang sedang menggigit ujung bantal dan manyun di pojokan.

Maaf ya cintaaaah :-)

(Btr, 11.25 pm, berisik di belakang. Ada yang renovasi rumah :(( mpus Macan lagi main di jendela, nyit-nyit sedang tidur di kursi depan, dan Khow-khow? Tidur di atap mobil lah sambil memantau jalan depan rumah, the traffic is so so you know)




February 5, 2014

Foto untuk kiki

Semalam pippy mampir ke rumah. Seperti biasa dia duduk manis di depan pintu kucing, tak mau masuk, walau sebenarnya dia bisa. Maka begitu pintu dapur saya buka, pippy masuk dengan gaya-nya. Berjalan perlahan sambil menggeram-geram seperti anjing yang galak.  Yah, si grumpy pippy kembali beraksi.

Kunyit entah dimana, Koko mengawasi dari atap mobil. Jack dan Macan ada di dapur tapi hanya memandang dengan rasa ingin tahu sekaligus lega karena sudah mengambil jarak aman.

Pippy makan dengan lahapnya. Sementara itu saya mulai mengunci pintu. Malam itu saya memang ingin mampir ke rumah bude. Neneknya kiki. Rumah mereka ada di blok sebelah.

Sudah dua tahun ini pippy dalam pengembaraannya. Seingat saya, sejak almarhumah mpus Tiri ada di rumah. Pippy tak betah tinggal di rumah. Sejak saat itu berganti-ganti saya dengar dari tetangga jika pippy hidup menggelandang. Mindik-mindik di rumah bu Mujib, nyelonong masuk ke rumah mama syalwa dan nongkrong di atap mobil mama zahra.

Pippy tetap pulang untuk makan, tapi dia menolak keras untuk tinggal disini lagi. Ihiks! Sedih banget.

Hingga setahun lalu, rupanya pippy sudah menentukan pilihannya. Yaitu : Kiki, Anak laki-laki kelas lima SD, Anak tunggal yang tinggal bertiga bersama ibu dan neneknya yang membuka warung di depan rumahnya.

Yang membuat saya lega, keluarga ini ternyata sayang dan cinta ke pada Pippy. Menerima Pippy adanya. Dibalik sifat Grumpy-nya, saya tahu Pippy adalah seekor kucing dengan kepribadian yang hangat. Lucu menggemaskan dan memiliki empati yang tinggi pada pemiliknya.

Kiki memang suka dengan kucing. Begitu pippy menentukan pilihannya pada Kiki, kiki bagaikan mendapat durian runtuh..mmm.. Nangka runtuh sih... Ahaha.. *karena Pippy gendut sekali.* Tidur di kamarnya, duduk di meja belajar, nemplok di pangkuan, dan mengantar ke depan komplek ketika ia berangkat sekolah.. Pippy bagai belahan jiwanya.

Walau hati ini perih karena pippy lebih memilih Kiki dari pada saya *nyengir* tapi saya bahagia untuk Pippy. Karena cinta maka saya 'lepaskan' Pippy.

Maka kemarin malam, saya datang ditemani Pippy. Sambil membawa satu pigura besar bergambar foto lama Pippy. Saya rasa Kiki yang lebih berhak.

Sedangkan saya? Saya cukuplah ditengoknya sehari dua kali. Walaupun sepertinya yang diincarnya hanyalah semangkuk nasi bercampur ikan cue.

Haha... Namanya juga cinta buta. Iya nggak Pips?

(BTR 11.18 am, hujan, banjir dimana-mana dan batal ke ibukota (again). Saya masih sering menengok Pippy dan Pippy pun *kalau tidak hujan badai* setiap pagi dan sore selalu datang ke rumah dan ikut makan bersama kucing kucing lainnya.)