June 18, 2014

Jika koko sariawan part 1

Awalnya saya tak tahu kenapa Koko malas sekali jika disuruh makan. Padahal biasanya Koko lah yang selalu merengek minta makan. Koko itu tepat waktu lho. Sejauh-jauhnya ia pergi main, Koko adalah kucing pertama yang meong-meong mengingatkan saya akan jam makannya.

Namun Koko pula lah yang paling akhir meninggalkan arena. Saya sih menyebutnya plate walking. Setelah isi mangkuknya kosong, ia akan pindah dari satu mangkuk ke mangkuk kucing yang lain. Sementara yang lain sudah pada mandi kucing *salah satu ritual setelah makan* Koko sih dengan tenangnya melahap sisa makanan saudara-saudaranya. 


Dan tugas saya selesai sudah.  Saya tinggal mencuci mangkuk mereka dan mengumpulkan sisa makanannya dalam satu wadah. Siapa tahu, nanti masih ada yang mau ngemil.

Tapi sekarang, hadeeeh.. Setiap jam makan adalah horor bagi saya. Koko masih miau-miau minta makan. Tapi begitu disodorkan mangkuknya, ia cuma melengos dan pergi. Masalahnya, kejadian ini bisa berpuluh kali dalam sehari. Saya lelah luar biasa.

Lalu aksinya bertambah lagi. Kali ini dia dengan gagahnya membuka pintu kulkas. Dia tahu, persediaan ikan cue-nya memang disimpan di dalam freezer kulkas. Maka, saya ambil sepotong ikan yang masih segar dan saya persembahkan pada Koko.

Apa yang terjadi? Sama saja. Koko hanya melirik tapi tak mau makan. Lalu kaburrrrrr lewat pintu kucing. Haiyaaaaaah...!

Gara gara kejadian ini, rusak semua stok managemen ikan cue saya. Setiap kali Koko ogah makan, maka jatah ikannya langsung dihabiskan si gembul mpus Jack atau mpus Rong Rong  *si kucing garong, masih ingat?* yang kebetulan mampir. Saya kira Koko lagi nggak mood makan. Sama seperti kucing kucing lainnya. Mungkin perlu variasi. Koko gitu lho, yang seumur hidupnya hanya doyan nasi plus ikan cue. Saya harus berpikir keras nih.

Akhirnya, semua saya coba. Saya bela-belain ke pasar demi mencari alternatif baru. Dan ini hasilnya :

(1) ikan cue tongkol nan segar,  baru turun dari kapal nelayan dan di asap dengan kematangan yang sempurna. Hasilnya : nihil. Koko Ogah makan dan ikannya di makan jack.

(2) kepala ayam mentah, masih fresh karena ayamnya baru disembelih beberapa jam yang lalu. Hasil : dilepeh Koko. Dan ayamnya dikunyah Kunyit dengan nikmatnya.

(3) daging sapi mentah yang harganya mahal bingits itu *mewek* hanya sanggup saya beli seperempat kilo saja dan itupun sebenarnya untuk Lauk makan kami. Saya cuil sedikit, saya cincang halus. Hasil : nol besar. Dagingnya nggak ada yang doyan.

(4) ayam goreng Nikita yang di jual di depan komplek *note : ayam goreng siap saji, mirip-mirip KFC Laah, sengaja saya beli dua potong, satu untuk Koko dan satu untuk suami saya. *Hahaha.. Doi kan penggemar ayam goreng juga*. Hasil : lumayanlah.. Di makan sedikit, itupun hanya daging dada yang empuk dan hangat itu.

Tapi tetap saja sama. Ritme Koko makan tidak teratur. Kadang ia sarapan, tapi tak mau makan malam. Lalu, sehari makan, esoknya ogah makan. Begitu terus. Mungkin Koko sedang puasa nabi Daud ya? :p

Hingga puncaknya, dua hari Koko sama sekali tak makan. Dia memang hadir pada saat makan. Ikut nongkrong di dapur, berusaha keras untuk makan. Tapi tak bisa. Hidungnya mengendus-endus ikan dengan sepenuh jiwa. Tapi mulutnya tak mampu mengunyah. Koko lapar, tapi tak bisa makan.

Ah, Koko.  Ayo, kita ke dokter. Rasanya saya pernah lihat ada plang dokter hewan di kampung sebelah. Yuk, kita coba kesana. Walau sebenarnya saya trauma kalau pergi ke dokter hewan. *baca selengkapnya di kisah : I'm back and totally moved on* tapi demi kamu, Khow-know..... Ayo kita kesana.

Bersambung

*BTR 18-06-2014 ; 09.12 wib ketika mpus Malih lagi mandi kucing di sebelah saya*

Andai saya jadi dokter hewan

Suatu ketika saya pernah bilang, kalau saja setelah SMA dulu saya pilih jurusan kedokteran hewan, mungkin jalan hidup saya berbeda saat ini.

Waktu kecil saya pernah baca buku, Martha si gadis angsa.  Saya ingat, bukunya saya baca berulang-ulang. Nah, si cewek ini gemar menggambar dan cintaaaaaa banget dengan hewan. Cita-citanya, tinggal di afrika dan hidup disana bersama gajah dan jerapah. Tapi ibunya nggak suka. Ibunya ingin agar ia menjadi disainer dan tinggal di kota besar. Saya nggak seekstrim si Martha sih  walau jujur saya juga pengen tinggal di afrika bersama ........ Maaa...can *nyengir* tapi kecintaan saya pada hewan, tak pernah padam hingga detik ini.

Bagi saya, menjadi dokter hewan itu adalah sebuah pengabdian. It's a passion. Kecintaan. Rasa sayang pada hewan dan empati yang tinggi. Terutama pada pemilik meong yang fakir ini. Hoho..

Pertama kali bertemu dengan dokter Dina ini, ya karena Koko. Masih ingat kan? Koko yang sudah 2 hari tidak makan. Awalnya saya tidak begitu yakin apa dia masih buka praktek. Plang nama di pengkolan jalan itu nampak tua tak terurus. Tapi karena kepepet, akhirnya saya datang juga.

Sebenarnya saya trauma pergi ke dokter hewan. Saya nggak mau lagi ke dokter hewan yang ada di komplek rumah orang kaya itu.  Dulu saya kesana karena tak ada lagi dokter hewan di sekitar kampung saya.

Saya tahu, karena takdir-lah mereka pergi mendahului saya. Mpus Tiri yang harus dicaesar dan mpus Juki yang sakit lalu diinfus dan opname.

Tapi yang saya nggak suka adalah mereka sama sekali tak memahami kesulitan saya. Satu-satunya uang belanja kami berikan untuk biaya mereka. Saya tak akan sesedih ini jika saja si dokter menepati janjinya.

Sebelumnya si dokter pernah berjanji, ia akan berikan diskon karena saat itu saya tak mampu membayar biaya sebesar itu. *akhir bulan dan itu satu-satunya uang belanja kami, you know*

Tapi kemudian ia tak mau bertemu saya dengan alasan ada pasien. Saya hanya bengong di depan kasir dengan tagihan ditangan dan jasad mpus juki yang sudah diberi kain kafan.

Atau juga saya tak akan kecewa sedemikian rupa jika saja si dokter memasang tarif yang masuk akal. Saya ingat tahun lalu, waktu itu Jack, Mumun dan Mimin sakit mata. Penyakitnya sama dan diagnosanya sama. Mata mereka kena virus. Obatnya juga sama, salep mata. Tapi si dokter memasang tarif rp 50,000 untuk tiap kucing. Yaolooo.. Saya harus keluarkan rp 150,000 untuk ketiga anak kucing ini.

Ya, kalian bisa saja menuduh saya terlalu subjektif. Tapi ...dok.... Mbok ya jangan terlalu komersil dong ah.

Maka, saya *dan keenam mpus saya* merasa bersyukur telah dipertemukan dengan dokter yang satu ini. Dokter Dina yang tinggal di kampung sebelah. Pertama kali datang membawa Koko ke rumahnya *sekaligus tempat prakteknya* yang ia tanyakan pertama kali adalah :

"Sakit apa deeeek?"

Hah? Koko dipanggil adek. Haha..Lucu juga nih dokter. Lalu Koko diperiksa dengan seksama. Ditimbang, di periksa suhu tubuhnya, diberi obat cacing, diberi obat sirup dan disuntik antibiotik. Koko gitu lho. Yang seumur hidupnya nggak pernah sakit. Dan yang seumur hidupnya  nggak pernah kenal dengan jarum suntik. Bahkan Koko yang bandel, ogah minum dan ngumpet di kolong kerja pun ia tunggu dengan sabarnya.

Saya baru tahu ada dokter seperti ini.  Aah.. Saya bisa bernapas dengan lega. Saya dan Koko saling berpandangan .......

Dan senyum kami mengembang.

*BTR dinihari 03-07-2014 00.42 wib, nggak biasa tidur, lagi nunggu sahur. Mpus Koko tidur di dalam lemari dan mpus nyit-nyit tidur bergelung di betis saya.

June 17, 2014

sudah bulan juni lagi

sudah bulan juni lagi. *sigh* cepet juga ya waktu berlalu. bagi saya, bulan juni adalah bulan yang sendu. Entah ya, rasanya abu-abu gitu deh. Seperti melihat jalan sepi yang kiri kanannya penuh dengan pohon yang sedang meranggas. kering dan dingin.

Ah.. di bulan ini, kucing-kucing di rumah mendadak sakit. Koko sariawan dan Macan batuk-batuk. Sedih rasanya ketika melihat Koko ogah makan dan Macan yang biasanya bak sapu terbang, mendadak lesu.

duh.. cepet sembuh ya ... 

*BTR 17 juni 2014 15.14 wib, ketika waktunya kerja tapi pikiran melayang-layang kesana kemari*


Tshirt kunyit dari pulau pramuka

Minggu lalu saya pergi ke Pulau pramuka. Urusan kerja sih, tapi.. Ini adalah pekerjaan yang paling menyenangkan bagi saya.  Motret sambil jalan-jalan, gratis dan  dapet uang jajan pula...Hahaha..

Lalu hubungannya dengan T-shirt kunyit? Hehe..sabar, saya akan cerita tentang pulau itu dulu ya.

Ini kali pertama saya ke Pulau Pramuka, ini pula kali pertama saya menyeberang ke Kepulauan Seribu. Pulaunya kecil namun padat penduduk. Maklum, disinilah ibukota kabupaten Kepulauan seribu.

Walau padat penghuni, tapi kami *catat : para turis* tetap merasa nyaman dan leluasa mengeksplorasi pulau. Memyewa sepeda dan berkeliling melewati blok-blok rumah yang rapi dan teratur. Jalan paving dan hanya satu dua motor lewat. 

 Lingkungannya bersih dan rindang pepohonan. Walau keringat saya terus bercucuran sebesar biji jagung tapi lautnya.... Ya Tuhaaaaaan.... Hanya ada tiga kata-kata bijak yang keluar dari mulut saya. Endah surendah bangeeed. Biru sebiru-birunya dan bening sebening beningnya. Mengundang sekali untuk  snorkeling, diving, banana boat, mendayung kayak di laut, melihat penangkaran penyu dan yang pasti di pulau ini saya bisa melihat sunset dan sunrise dengan tenangnya.

Oh ya, yang nggak boleh ketinggalan.. Apalagi kalau bukan melahap  ikan lautnya nan segar. Di jadikan lauk goreng, bumbu pedas bahkan dibakar dengan bumbu mentega dan garam pun rasanya sudah aduhai.
Nah......urusan kerja selesai, rasanya belum lengkap kalau tidak tengak tengok dan belanja. Yah, namanya juga emak emak :p

Disini tidak begitu banyak yang menjual oleh-oleh, tapi beberapa ada yang menjual ikan asin dan kerupuk olahan dalam gerobak asongan. Satu toko yang menjual kerajinan dari kerang laut dan beberapa toko yang menjual baju dan kain bali, itu pun digabung dengan toko kelontong yang menjual sabun dan beras. 

Tapi ternyata ada satu kios yang menjual painting t'shirt. Motifnya sih umumnya bertema laut lah ya. Pantai, pulau atau ikan laut. Namun, yang menarik adalah atraksi si penjual yang langsung melukis di atas t'shirt. Custom made dan gambarnya ternyata bisa kita minta sesuai keinginan kita. Hoho...!

Jadi sementara teman-teman yang lain memilih gambar ikan lumba-lumba dan kuda laut, saya sih minta di gambar kucing. Itu sudah pasti. Tak perlu menunggu lama, setelah ia tahu apa yang saya maksud, maka voila.. Jadi lah t'shirt kunyit saya. Nyit's tshirt. The one and only. Satu-satunya di dunia. Haha... Saya yakin.. Kalian juga pengen kaaan?


-16-06-2014 11.50 wib, lagi di kampung sebelah, nungguin juki dimandiin. Sigh..lama sangaaaad.. :((-

PS : gara-gara t'shirt kunyit ini, saya jadi penasaran pengen bikin sendiri. Googling internet, ternyata udah banyak yang upload step by step untuk membuat painting t'shirt. Laaah.. Trus jadi berkembang deh ngeliat yang jual T-shirt khusus gambar kucing. Mauuuuuuu....*mewek