November 4, 2008

jangan ditendang doooong!


Saya maklum, tidak semua orang suka dengan binatang. dan saya juga nggak mungkin berharap bahwa mereka juga harus suka. Tapi bukan berarti boleh di lempar dengan batu, kaaaan?

Nggak tau kenapa, saya kok selalu bertemu dengan tipe orang seperti ini ya ?

Minggu lalu contohnya, ketika saya dan suami jalan-jalan sambil bergandengan tangan dan mengobrol dengan mesra *tersipu-sipu* hingga blok sebelah.

Jangan kaget lho, seperti biasa, kucing-kucing peliharaan kami pasti akan turut serta mengikuti dari belakang. Memang nggak bisa rapi sih barisannya Beberapa nyangkut di pagar rumah tetangga. Sisanya berlari mendahului kami dan bergulingan di aspal jalan. Bukan mau demo tapi mencuri perhatian.


Mendadak obrolan kami terhenti. Jantung saya rasanya mau copot. Dari sebuah rumah yang baru saja kami lewati, ada seorang kakek bergegas keluar, mengambil batu dan dengan entengnya menyambit kucing.

KUCING KAMI.

Kucing kesayangan kami yang sedang berlari-lari kecil mengikuti kami.

Arrrrggggghhhh!!!!

Saya marah besar. Kalau nggak ingat yang saya hadapi itu orang tua. Sudah saya jitak kepalanya, saya jewer kupingnya sambil mengaduh minta ampun dan tidak akan saya lepas jika ia belum berlutut minta maaf kepada kucing yang sudah ia sambit itu.

Salah siapa coba?

Saya kira cukuplah, sampai disitu saja. saya salah sangka. Esok paginya, ada dua anak kakak beradik yang sedang main di jalan depan rumah kami.

Sementara si adik riang gembira ingin menangkap dan memeluk kucing-kucing saya *yang memang suka overacting bergulingan di jalan depan rumah sambil menghangatkan tubuh* si kakak tanpa pikir panjang mengambil posisi siaga dengan kaki kanan menendang salah seekor kucing yang sedang bengong tak jauh dari mereka.

Saya murka seketika. Dengan wajah sangar dan mata mendelik ala tokoh antagonis dalam sinetron-sinetron itu *mungkin ada bakat terpendam* Saya omeli dia habis-habisan.

“Jangan ditendang dooooong!!! Kalau mau dipegang, ya di ambil dengan tangan. Kalau kamu takut sama kucing, ya jangan ditendang. Pergi aja.” *maksud saya. Kamu yang pergi jauh-jauh dari sini.*

Bodo Ah! Terpaksa reputasi ibu-ibu ramah baik hati namun tidak sombong ini saya sudahi sampai disini.

Padahal tukang bubur ayam yang lewat setiap pukul enam pagi, pasti membagi sedikit cemilan suwir ayam jika ada kucing yang datang mengemis padanya.

Padahal, tukang sayur yang lewat setiap pukul setengah delapan, pasti membagi potongan sisa isi perut ikan dan potongan ayam mentah jika ada kucing yang meong-meong dekat gerobaknya.

Ah.. saya nggak habis pikir.

Dan ketika nenek-nenek yang tinggal tak jauh dari rumah saya sambil lalu berkata. *Sebenarnya sih kami sedang ngobrol OOT –out of topic- kesana kemari. Saya lupa gimana awalnya. yah.. namanya juga OOT hihihi*

“Saya nggak suka sama kucing. Dan saya nggak suka dengan semua binatang”

Segera saya berbalik untuk pulang. Detik itu juga saya tahu. Bendera perang sudah dikibarkan.

Serpong, 4 Nop3mber 2008, 14.03 (mendung, lagi ditemenin mpus Pippy n Joni yang lagi bobok ciyang)

0 comments: