April 1, 2009

dilarang buang kucing disini

Masih inget si Malih? Anak kucing yang dibuang orang dan ditinggalkan orang di depan rumah kami minggu lalu?

Nah, kemarin waktu saya selesai belanja di abang sayur yang lewat depan rumah. Abim dan sepupunya, Aceng, anak tetangga yang semula ikut ibunya belanja sayur, akhirnya datang dan main ke rumah.

Rupanya mereka senang melihat ada kucing kecil berbulu gondrong (baca: si malih) yang lagi berjemur panas pagi di lengan sofa dekat jendela depan.

“ih.. ada kucing anggora” kata Abim.
“kucing darimana sih tante?” tanya Aceng.

Sambil meletakkan belanjaan di kulkas dan membawa ikan mentah untuk dibersihkan di dapur, maka berkisahlah saya mengenai kucing kecil malang yang kami temukan di depan rumah.

Tiba-tiba Aceng bilang.
“itu kan kucing yang kak Anggi dan kak Billa bawa kemaren. Mereka kok yang naruh kucing itu di depan rumah tante” *Anggi dan Billa itu kakak perempuan mereka*

Saya diam dan balik bertanya.

“lho? Kalo gitu apa maksudnya?” dan mulailah mulut saya yang bawel ini tak dapat dihentikan. Saya esmosi saudara-saudara. “it’s not fair!” *for me maksudnya* “Kalo Anggi dan Billa yang nemuin kucing, ya mereka dong yang pelihara. Itu nggak bertanggung jawab namanya. Jadi kalo bosen, dan nggak mau pelihara, semua kucing ditaruh di depan rumah tante? Begitu?” Nada suara saya mulai tinggi.

Aceng terdiam. Memang untuk bocah seusianya, saya perhatikan dia jauh lebih dewasa dari usianya. Sedang Abim, terlihat tidak peduli. Dia lebih asyik bermain dan mengejar kucing-kucing saya yang lain.

Setelah itu, saya tinggalkan saja mereka di ruang tamu. Saya pergi ke belakang untuk mengolah ikan yang baru dibeli tadi.

Saya masih kesel tauuuuu. Mungkin sudah waktunya saya pasang pengumuman : dilarang buang kucing disini.

Tapi lama-lama, saya jadi malu sendiri. Untuk apa marah-marah sama mereka berdua. Toh, mereka nggak salah apa-apa. Cuma kebetulan aja ‘ketiban sial’ akibat pagi ini datang ke rumah dan membocorkan rahasia perihal asal muasal kucing kecil ini.

Tiba-tiba sayup-sayup saya dengar kedua anak itu pamit.

“pulang dulu ya Tanteeee”

Saya buru-buru keluar dan mengantar mereka hingga pagar depan. Saya nggak marah lagi. Sambil nyengir saya bilang.

“iyaaaaa… makasih ya udah mampiiiiir”
Hahaha.. duuuh.. dasar. Ibu-ibu ganjen.. hahaha…

*serpong, 16 maret 2009; 19.39*

0 comments: