Hampir dua tahun saya tak menegok tempat ini. Merapikannya, mempercantik isinya dan mengisinya setiap waktu. Bukan karena saya tak cinta. Juga bukan karena tak ada lagi kisah manis bersama mpus-mpus kesayangan.
Tapi kematian mpus tiri begitu membekas di hari saya. Begitu pahit menggores luka. Rasanya saya tak mampu lagi berkata-kata. Saya mengalami kebuntuan setiap kali duduk didepan monitor.
Lalu bertubi-tubi meninggal juga ketiga anak mpus Tiri. (Saya lupa namanya). Kemudian saya kehilangan mpus gumgum yang lucu dan hobi planking. Saya juga kehilangan mpus dungdung, saudara perempuan mpus kunyit yang sangat care terhadap saudaranya.
Lalu mpus Juki datang. Waktu itu masih bayi dan miau-miau di tepi kali. Kucing paling lincah yang pernah saya temui. Ibarat angin puyuh, dia akan selalu berlari dan melompat ke segala penjuru isi rumah.
Tapi virus ganas itu telah merenggut nyawanya. Cepat sekali Juki pergi meninggalkan saya yang sesegukan di tepi kuburannya di bawah pohon nangka.
Dan mpus bokir datang. Tumbuh besar di rumah dan kemudian hamil, bahkan saya belum sempat membawanya ke vet untuk steril. Lalu tiga dari empat anaknya meninggal dan hilang. Mpus doel, mimin dan terakhir mpus mumun yang buta.
Dan terakhir adalah peristiwa bokir dan dua kucing kecil yang diantar anak-anak tetangga, dibuang suami saya ketika saya tak ada.
Aaaah... Rasanya sesak didada.
Lalu kemudian mpus macan muncul. Out of nowhere. Kucing kecil yang miau-miaunya nyaring sejak dinihari, tiba-tiba ada di depan Rumah. Dan hell yeah.. Mendadak saya bisa moved on. :-)
Dan inilah tulisan pertama saya setelah sekian lama tak bersua.
Selamat membaca. Saya berjanji akan lebih rajin Lagi menulis. Terimakasih Untuk Lina yang November tahun lalu mengingatkan saya Untuk kembali menulis.
Dan tulisan ini saya dedikasikan juga untuk mpus-mpus yang sudah pergi mendahului saya. (BTR 09.34 wib, hujan, jemuran nggak Kering, Dan semua mpouuzzzzzz tidur bergelung di pojokan)
0 comments:
Post a Comment