"Sejujurnya nih, Nyit. Agak horor juga membelah kepala ayam untuk kamu."
Iya, kepala ayam mentah, utuh lengkap dengan leher dan lapisann lemaknya.
"Eeeeng"
Kunyit sih hanya menjawab dengan meong pendek *tuh, buktinya hanya bilang eeeeng :p* Namun kedua bola matanya, hanya tertuju pada kepala ayam itu seorang eh seekor.
"Dan sejujurnya ya Yam" ini kata saya pada alm. Ayam yang ada di tangan *saya sudah gila rupanya hahaha* " maafkan saya ya, karena terpaksa melakukan hal seperti ini"
Lalu ritual yang sama akan kami lakukan berdua *saya dan kunyit tentunya* ini adalah cemilannya. Jadi, setelah sarapan pagi dan semua kucing di rumah ini nongkrong berjemur dan mandi kucing dan hanya menyisakan kami berdua di dapur.
Saya dengan kepala ayam. Dan kunyit dengan .... berlari-lari kecil mengikuti saya. Lalu dengan beralas papan, dan bantuan pisau dan palu, kepala ayam itu saya belah dua. Lehernya saya potong empat atau lima bagian. Dan sedetik kemudian, kunyit sudah mengunyah dengan nikmatnya.
Ah.. Tapi demi kunyit seorang, saya rela kok, seminggu sekali ke pasar buat beli persediaan kepala ayam. Tinggal masuk freezer dan keluarlah kepalanya satu persatu setiap pagi.
Nah, ngomongin soal raw food, ini akan panjang sekali ceritanya. Sama hanya dengan kegemaran Malih akan udang dan ikan kembung mentah, Koko dengan hati ayam mentah *dan kadang kadang ayam goreng siap saji* dan saya percaya, makanan alami, beli di pasar dan bebas dari bahan pengawet, itu lebih baik buat mereka.
Kalo ada yang penasaran, mendingan beli bukunya aja deh. Tanya presiden dung-dung ya. Tuh.. Isi bukunya lengkap banget.
November 2, 2014 13:05; citayem. Stuck di parkiran mesjid. Mobil nggak bisaa keluat, krn nunggu rombongan tamu manten yang parkir nutupin jalan. Hadweeeehhhh... *nangis guling-guling, meluk tiang mesjid sambil garuk-garuk aspal.
Gimana ? Sudah lengkap kan? Huhuhu......
0 comments:
Post a Comment