Tahun lalu dua kali saya masuk UGD. Ihiks, asma saya kambuh. Saat itu saya baru tahu kalau saya mengidap asma. Tidak sampai opname sih, tapi saya harus terapi dan berobat jalan tiga hari berturut-turut.
Kalau asma saya sudah kambuh, rasanya seperti mau mati saja. Diawali dengan batuk-batuk yang tidak pernah berhenti, kemudian saya sulit bernafas, suaranya ngik-ngik gitu lho. Dada rasanya ditindih dengan batu yang besar, sakit ketika menarik nafas, jantung berdebar dengan cepat, keringat dingin, mata berkunang-kunang dan rasanya mau pingsan karena tekanan darah yang naik sebagai akibatnya.
Saya jarang sakit *yah.. Paling batuk pilek kalau sedang ganti musim* tapi sejak dua tahun lalu, saya selalu menderita batuk. Begitu hebatnya sehingga hampir tiap dua minggu saya pergi ke dokter.
Dan vonisnya selalu sama : saya menderita ISPA. (Infeksi saluran pernafasan bagian atas). Dan resep obatnya juga selalu sama : antibiotik, pengencer dahak, obat batuk dan obat sapujagat (untuk pusing demam dan pegal linu)
Saya tidak puas. Mosok sih, bolak-balik ke dokter tapi nggak sembuh juga. Lalu dua kali rontgen paru-paru. Tapi saya baik-baik saja tuh. Tidak ada masalah dengan paru-paru.
Nah, gara-gara masuk UGD itu akhirnya saya benar-benar mendapat pencerahan. Oleh dokter yang memeriksa, saya diajarkan untuk mengenal lebih dekat dengan penyakit saya.
Dan.. Iyahaaa... Penyakit saya yang sebenarnya adalah :
a-s-m-a
Kata dokter, saya harus menghindari pencetusnya. Ya, mirip dengan alergi, asma muncul sebagai reaksi yaitu saluran pernapasan yang menyempit sebagai mekanismenya untuk menghindari benda-benda asing yang akan masuk ke dalam paru-paru. Sama halnya dengan batuk atau bersin, itu juga mekanisme tubuh untuk menghindari benda-benda asing yang masuk ke saluran makanan atau hidung anda.
Maka disebutnya lima pantangan yang harus saya hindari :
(1) hindari makanan yang terlalu pedas atau gorengan
(2) hindari minuman yang terlalu dingin apalagi es
(3) hindari debu *pakai masker is the best*
(4) berdamai dengan cuaca yang dingin *pakai jaket misalnya*
(5) hindari polusi *asap kendaraan atau rokok contohnya*
Setiap orang bisa berbeda-beda. Jadi, PR besar buat saya untuk mencari tahu apa penyebabnya.
"Dan yang paling penting, tidak boleh terlalu lelah"
"Oh.. Baiklah, Dok!"
" Dan jangan lupa, jauhkan semua karpet, selimut atau jaket yang mengandung wol atau bulu ya"
"Siyaaap, Dok!" *nyengir*
Wow, dia sama sekali tidak menyebut kucing. Tentu dia tak pernah menduga bahwa di rumah banyak 'gumpalan' bulu yang mondar mandir kesana kemari. He he he...
Maka dari segala drama ini, kucing jugalah yang menjadi kambing hitam setiap kali asma saya kambuh. *well, kucing hitam kali ya* suami saya, orang tua saya, bahkan keponakan saya menuduh kucing lah penyebabnya.
Iya deh saya ngaku, mungkin bulu kucing adalah salah satu sebab saya menderita asma. *nggak percaya juga sih, karena sepanjang ingatan saya, sejak umur 4 tahun hidup saya tak pernah lepas dari si meong. Dan sebagai catatan ya, sejauh ini saya baik-baik saja*.
Tapi menurut saya ini juga akibat pencemaran udara. FYI, rumah saya ternyata hanya berjarak 4 km dari TPA Bantargebang. *sigh*
Ah, saya tahu itu. Tapi sulit bagi saya untuk berpisah dengan makhluk lucu yang bermata bulat dan berkumis panjang ini. Saya sudah terlanjur cinta.
Maka ya suamiku, ayah dan ibuku juga keponakan-keponakanku. Kalau asma saya kambuh, tolong dong jangan langsung menghakimi meong meong saya yang lucu itu. Saya hanya ingin dipahami dan dimengerti. Dan... Yaaah.. Sedikit elusan di punggung untuk sekedar meringankan sesak di dada rasanya lebih dari cukup.
Iya ngggak mpus? *nyengir*
*sabtu, 15 pebrur 2014, mendung, sambil nonton NCIS, dan semua mpus tidur di posnya masing-masing. Sekarang saya tahu diri, begitu kondisi tubuh sedang tidak begitu bagus, saya akan segera berhenti untuk istirahat. Agak menjaga jarak dengan si meong *walau rasanya itu tak mungkin* selalu rajin menyapu dan mengepel lantai dan selalu rajin membersihkan debu. Dan selalu sedia inhaler di dalam tas saya.
0 comments:
Post a Comment